BAB I
PENDAHULUAN
Revolusi yang terjadi diakhir dekade
abad ke 20 telah membawa kehancuran Uni Soviet yang telah di bangun selama
lebih kurang tujuh dasawarsa. Masa transisi yang di hadapi pasca Uni Soviet
hingga saat ini merupakan proses menuju kelahiran kembali Rusia sebagai
kejayaan masa Imperium Rusia.
Dalam masa transisi ini banyak
hambatan yang di lalui oleh bangsa Rusia dalam tujuannya merealisasikan
demokrasi di negarannya. Hambatan tersebut terlihat dari segi historis,
geografis, politik, hingga hambatan krisis dan partisipatif dari dalam intern
Rusia terutama dalam benturan antara budaya dengan nilai-nilai tradisi Rusia.
Transisi demokrasi di Rusia yang lambat juga di kaitkan karena ketidaksiapan
masyarakatnnya dalam merealisasikan demokrasi di Rusia secara utuh.
Pembaharuan dan perubahan yang pada
mulannya di maksudkan untuk memajukan Uni Soviet justru menyebabkan runtuhnya
Uni soviet. Perubahan dari Uni Soviet menjasi Federasi Rusia tidaklah semudah
yang di bayangkan banyak orang. Terdapat banyak perombakan yang di lakukan, di
mulai dari system pemerintahan dan perundang-undangannya, konflik antara
masyarakat Rusia dikarenakan terdapat sebagian masyarakat yang masih belum siap
dengan perubahan system. Pemerintahan Rusia secara total yang dulunya Komunis
menjadi Republik.
Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memaparkan perubahan dan reformasi sosial yang
terjadi pasca Uni Soviet, awal mulanya, faktor-faktor yang menjadi
latarbekalang terjadinya reformasi, hingga dampak yang di timbulkan oleh
perubahan Uni Soviet menjadi Federasi Rusia. Dan konflik sosial yang terjadi
dalam struktur sosial masyarakatnnya.
Makalah ini ditulis dengan
menggunakan system penulisan dengan sumber referensi menggunakan studi
kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
PERUBAHAN DAN REFORMASI SOSIAL PASCA
UNI SOVIET
MENUJU FEDERASI RUSIA
Keruntuhan
Uni Soviet membawa dampak yang besar bagi bangsa Rusia. Setelah memproklamirkan
diri sebagai Federasi Rusia, bangsa Rusia mengalami banyak transisi dalam
masyarakat maupun kenegaraannya. Perbedaan ideologi yang di gunakan pada masa
Uni Soviet yang tertutup dan dalam masa transisinya menuju Negara demokrasi
memaksa Rusia dalam hubungan Internasional untuk beradaptasi pada dunia yang
lebih modern dan terbuka.
Awal
mula bangsa Rusia yang memiliki ciri pemerintahan yang otoritarian sejak zaman
Tsar pada masa Imperium Rusia masih berlanjut hingga masa Uni Soviet. Pada
zaman Imperium Rusia, Tsar di anggap sebagai pelindung Gereja maka pada masa
Uni Soviet partai yang menjadi penentu yang memerintah rakyatnya dan dalam hal
ini di pegang oleh sekjen partai itu sendiri. Perwujudan dari otoritarian yang
berlangsung secara berabad-abad di Rusia memiliki dampak yaitu membiasakan
budaya mereka pada ketidakterbukaan dan kebijakan-kebijakan represif. Namun,
setelah runtuhnya Uni Soviet dapat di simpulkan merupakan kegagalan dalam
pemerintahan otoritarian tersebut.
Dilatarbelakangi
oleh faktor historis, politis, dan geografis seperti wilayah Rusia yang luas
dan berada pada posisi marginal Eropa, adanya keberagaman sosial budaya,
keterbelakangan masyarakatnya, serta peran tanggung jawab politisnya, telah
menjadi alasan bagi pemerintah Rusia untuk menggunakan system pemerintahan yang
otoritarian, sistim pemerintahan Tsar Rusia juga dipengaruhi oleh gagasan
budaya Rusia, yaitu yang pertama Norad
bogonesti yakni individu mempunyai dari para bangsawan, elite agama, dan
kaum borjuis di dewan perwakilan, kedua Sabornost
yakni kebersamaan setiap anggota masyarakat untuk membantu Negara, dan yang
ketiga Zemsky Sabor yakni adanya hak
khusus keempat Zemstvos yakni model
atau bentuk pemerintahan lokal. Model pemerintahan Rusia itu kemudian diambil
alih oleh pemerintahan Komunis Uni soviet dengan struktur birokratisnya.
Model
pemerintahan Rusia itu kemudian diambil alih oleh pemerintahan Komunis Uni
soviet dengan struktur birokratisnya. Transisi demokrasi Rusia menjadi krusial
sebab munculnya keberagaman antara elite. Pada masa itu bermunculan kelompok
elite politis, seperti garis keras-konservatif, ultranasionalis, reformis,
radikal, dan golongan moderat. Idealnya golongan moderat dapat berperan
mengatur dan menjadi kelompok negosiator bagi kelompok garis keras untuk dapat
memasuki dan memahami kedudukan mereka pada masa transisi. Dengan tidak adanya
tanda-tanda kompromi dari tiap-tiap kelompok, menyebabkan transisi demokrasi
menjadi terhambat.
Dalam
sejarah Rusia abad ke-20, Gerakan pro demokrasi sudah muncul pada awal tahun
1970-an tetapi di larang pada tahun 1980-an. Pada akhir 1980-an, gerakan
tersebut kembali muncul pada masa pemerintahan Gorbachev bersamaan dengan
program Perestroika (restruturisasi),
Glasnost (keterbukaan) dan Demokratiya
yang sedang di sosialisasikan. Dalam hal ini keterbukaan fokus utamanya dibidang
politik, dan restrukturisasi di bidang ekonomi. Selain Perestroika (restruturisasi), Glasnost (keterbukaan) terdapat pula
kebijakan mengenai demokratisasi politik dan “new thinking” (pemikiran baru) terhadap kebijakan luar negeri.
Gorbachev
menolak ide dasar Leninisme, sehingga muncul ide dasar Reformasi adalah perfection of socialism atau
penyempurnaan kembali sosialisme melalui interpretasi baru sesuai dengan
keadaan. Reformasi yang di lakukan oleh Gorbachev membawa reaksi yang
berbeda-beda yaitu Gorbachev dianggap menjadi pahlawan bahkan penyelamat dunia
bagi Amerika Serikat dan sekutunya, sedangkan secara domestik reformasi
tersebut mendapat reaksi yang betlawanan. Di satu sisi Gorbachev mendapat
dukungan dari kalangan intelegentsia dan kekuatan rakyat, kaum intelegentsia
menyambut upaya membebaskan penjara sensor dan liberalism pemikiran. Sementara
bagi rakyat, mereka mendapatkan harapan baru setelah represi panjang rezim
komunisme yang berakhir dengan stagnasi ekonomi.
Seiring
dengan reformasi tersebut, Uni Soviet menghadapi resistansi dari negara-negara
bagiannya yang menuntut kemerdekaan yang di awali dengan pembentukan otonomi
dan berujung dengan tuntutan pemisahan diri atau merdeka menjadi Negara
Independen yang melatarbelakangi runtuhnya Uni Soviet.
Adanya
keinginan masyarakat Rusia yang ingin melepaskan diri dari pemerintahan komunis
dan beralih pada system demokrasi semakin berkembang, di tambah dengan
runtuhnya Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991 Rusia memasuki kehidupan
yang baru yaitu tatanan Negara Federasi Rusia yang di jalani secara bertahap.
Proses perubahan masyarakat Rusia menuju demokrasi terjadi dalam berbagai
bidang kehidupan, seperti tampak pada bidang ekonomi, hukum, politik
ketatanegaraaan, sosial dan budaya. Dalam bidang ekonomi terjadi perubahan dari
system terpusat kepada system pasar terbuka (pasar bebas). Dalam bidang hukum
dan politik ketatanegaraan terjadi perubahan dari system penunjukan kepada
system pemilihan anggota parlemen. Dalam bidang sosial budaya terjadi perubahan
dari yang bersifat tertutup menjadi terbuka.
Proklamasi
Rusia ini adalah suatu kejutan yang tidak terduga, Rusia menjadi sebuah Negara
yang luasnya sepertiga Uni Soviet, setengah jumlah penduduknya menguasai Uni
Soviet yang beribukota di Moskow. Pada tahun 1990 hampir semua Negara bagian
Uni Soviet menyatakan kemerdekaannya bahkan banyak pemerintah lokal dan
republik di 15 negara bagian itu yang menyetujui hukum privatisasi yang lebih
liberal daripada yang berlaku secara nasional (Uni Soviet). Lebih jauh dapat di
lihat adanya kerenggangan hubungan antara Moskow dan beberapa republik yang
berkaitan dengan perusahaan-perusahan milik Negara.
Peristiwa
disintegasi Uni Soviet menjadi tonggak runtuhnya ideology Komunisme. Proses ke
arah disintegrasi ini melibatkan banyak faktor diantarannya stagnasi ekonomi
yang di coba di atasi dengan perestroika, dan juga stagnasi politik yang di
atasi dengan glasnost. Dan hasilnya Perestroika gagal dan glasnost berhasil.
Sehingga dampaknnya adalah terjadi kebebasan dan keterbukaan yang luas,
sementara kondisi ekonomi tetap memburuk. Situasi ini membangkitkan faktor
etnonasionalisme yang tidak diperhitungkan oleh Gorbachev di masa awal
reformasinnya hingga kemundurannya pada tahun1991. Faktor ini semakin mencuat
ke permukaan seiring dengan gelombang kebebasan dan lemahnya control pusat yang
selama rezim komunis selalu sentralistik.
Pada
12 Desember 1993 masyarakat Rusia membentuk konstitusi baru yang memperlihatkan
adanya perbedaaan dengan konstitusi model Uni Soviet (otoritarian-totalitarian).
Perbedaan konstitusi baru ini terlihat dari adanya konsepsi yang bersifat
demokratis yaitu yang sebagian isinya mengangkat nilai hak-hak individu dalam
masyarakat ketingkat yang lebih proporsional di bandingkan dengan konstitusi yang
lama. Hal ini terlihat dari konstitusi Uni Soviet tahun 1977 yang hanya
menjelaskan tiga pasal mengenai hak individu, sedangkan dalam konstitusi
Federasi Rusia yang menjelaskan sebanyak 30 pasal.
Banyak perubahan yang terjadi pada
masa transisi dari masa pasca Uni Soviet menuju Federasi Rusia dalam aspek
kehidupan sosial. Beberapa isu yang di ajukan dalam konsepsi baru dalam tatanan
masyarakat Rusia seperti Liberalisme, HAM, Demokrasi, Kapitalisme, Pasar Bebas,
Masyarakat Terbuka, Pluralisme, dan Negara Hukum. Dalam hal politik dan
pemerintahan, pihak-pihak yang pernah berkuasa seperti anggota Politbiro dan
para aparatchik-birokrat dari partai komunis masih dapat memiliki kekuasaan
yaitu dengan menyesuaikan status quo dengan situasi transisi yang sedang
berjalan. Pada masa transisi tersebut Negara masih mengontrol aktivitas media
massa, organisasi politik dan lembaga keagamaan.
Dalam struktur sosial di Rusia
terdapat kelas sosial yang dinamakan nomenklatura yang ada pada masa Uni Soviet
sudah berkuasa. Nomenklatura adalah sekelompok kecil atau kelompok elite dari
anggota partai Komunis yang memliki hak istimewa. Nomenklatura juga membentuk
struktur elite dari yang tinggi sampai yang tererndah. Dahulu pada nomenklatura
adalah para pejabat Uni Soviet dan kelompok birokrat pemerintah, seperti
politburo, aparat Negara, para birokrator tingkat tinggi dan para birokrator
menengah ke bawah. Mereka adalah orang-orang yang memegang peranan strategis
dalam menjalankan kebijakan pemerintah.
Bagi mereka perestroika dan
demokrasi merupakan ancaman terhadap segala hak istimewa yang mereka dapati
sebelumnya. Dalam era transisi demokrasi muncul kelompok baru yang di kenal
sebagai kelompok oligarki pengusaha yang kemudian dikenal sebagai orang kaya
baru. Contohnya kaum oligark seperti Mikhail khodorkovsky, Vladimir Gusinsky,
Vladimir Potanin, Boris Berezovsky dan lain-lain. Pada masa transisi kelompok
oligarki jumlahnya lebih sedikit, akan tetapi pengaruh dan perannanya hampir
sama dengan pendahulunya. Mereka bersinergi dengan para elite partai dan
pemerintah. Mobilitas sosial dapat di katakan sulit berkembang di Rusia, sebab
masih bersifat tertutup. Masyarakatnya masih memanfaatkan hubungan dan jaringan
patron dan klien.
Dalam kondisi sosial masyarakat
dalam transisinya muncul konflik antara setara yaitu antara pemimpin (patron)
yang menawarkan kebaikan, pekerjaan, dan perlindungan kepada klien dan
pengikutnya (klien)yang menawarkan dukungan politik dan penghormatan kepada
patron. Hal inilah yang menimbulkan tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme
berkaitan dengan sejarah historis struktur sosial masyarakat Rusia yang
tertutup.
Hampir
di dalam setiap Negara proses transisi demokrasi di lakukan secara berhahap
yaitu tahap pertama transformasi
(reformasi terjadi ketika elite yang berkuasa mempelopori proses perwujudan
demokrasi), tahap kedua replacement (terjadi
ketika kelompok oposisi mempelopori proses perwujudan demokrasi dan rezim
otoriter tumbang atau digulingkan), tahap ketiga tranplacement (terjadi apabila demokratisasi terutama merupakan
hasil tindakan bersama kelompok pemerintah dan kelompok oposisi). Namun pada
kenyataannya perbedaan antara teori demokrasi dan kenyataan di lapangan sangat
berbeda seperti juga transisi demokrasi yang terjadi di Rusia pasca runtuhnya Uni
Soviet, demokrasi yang di bentuk dari dalam lebih banyak berhasil demokrasi
yang di bentuk dari luar sebab demokrasi dari luar tidak memperhitungkan
faktor-faktor etnosentris yang sangat berpengaruh dan upaya transisi perubahan
dan reformasi sosial untuk merealisasikan demokrasi di Rusia masih berjalan di
Rusia hingga saat ini.
BAB III
KESIMPULAN
Runtuhnya Uni Soviet dan ideologi
komunisme yang kurang lebih selama tujuh dasawarsa berkuasa di Rusia, saat ini
telah kehilangan makna eksistensinya dalam kehidupan masyarakat Rusia, meskipun
begitu nilai-nilai komunis itu masih berbekas. Masa runtuhnya Uni Soviet, Rusia
memasuki kehidupan yang baru yaitu tatanan Negara Federasi Rusia yang di jalani
secara bertahap. masyarakat yang menginginkan perubahan dalam waktu cepat dan
lainnya menginginkan dalam waktu yang bertahap yang menyebabkan lemahnya system
demokrasi, ketidakpastian hukum, ketidakstabilan pada bidang ekonomi dan
politik yang berdampak ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. Pada masa
transisi demokrasi pemberian kesempatan kepada rakyat di Rusia bisa di katakan
belum berjalan dengan baik.
Peristiwa disintegasi Uni Soviet
menjadi tonggak runtuhnya ideology Komunisme. Reformasi Perestroika gagal dan
glasnost berhasil, dampaknnya adalah terjadi kebebasan dan keterbukaan yang
luas, sementara kondisi ekonomi tetap memburuk. Situasi ini membangkitkan
faktor etnonasionalisme yang tidak diperhitungkan oleh Gorbachev di masa awal
reformasinnya hingga kemundurannya pada tahun1991. Faktor ini semakin mencuat
ke permukaan seiring dengan gelombang kebebasan dan lemahnya control pusat yang
selama rezim komunis selalu sentralistik.
Banyak perubahan yang terjadi pada
masa transisi dari masa pasca Uni Soviet menuju Federasi Rusia dalam aspek
kehidupan sosial. Beberapa isu yang di ajukan dalam konsepsi baru dalam tatanan
masyarakat Rusia seperti Liberalisme, HAM, Demokrasi, Kapitalisme, Pasar Bebas,
Masyarakat Terbuka, Pluralisme, dan Negara Hukum yang sampai saat ini terus di
upayakan sebagai upaya dalam mewujudan transisi demokrasi yang terjadi di
Rusia.
Pada
kenyataannya perbedaan antara teori demokrasi dan kenyataan di lapangan sangat
berbeda, seperti juga transisi demokrasi yang terjadi di Rusia pasca runtuhnya
Uni Soviet. Demokrasi yang di bentuk dari dalam lebih banyak berhasil daripada
demokrasi yang di bentuk dari luar karena adanya benturan budaya.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Fahrurodji,
A.2005.Rusia Baru menuju Demokrasi : Pengantar Sejarah Dan Latar Belakang
Budayanya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
2. Alkatiri,
Jeffry. 2007.Transisi Demokrasi di Negara Rusia:Analisis Perlindungan HAM
1991-2000.