Silahkan bagi yang ingin memasang iklan hubungi emaile pemilik di rohmanudedi@yahoo.com

Kumpulan Makalah Sejarah

Tuesday 23 February 2016

MAKALAH SEJARAH SEJARAH CANDI MUARA TAKUS



MAKALAH SEJARAH
SEJARAH CANDI MUARA TAKUS


GURU PEMBIMBING : DEDI ROHMANU S.Pd

KELOMPOK 1 ANGGOTA :
ADE SANDRI
ANGGI FEBRIADY
KRISNA GEMILANG ASASI
NURAINI
YATIN



SMA N 7
KEC. RIMBO ILIR
KAB. TEBO
TAHUN AJARAN 2015/2016

Kata Pengantar
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang Candi Muara Takus sebatas kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Kami juga berterima kasih pada bapak Dedi Rohmanu spd. selaku pembimbing mata pelajaran Sejarah Umum yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam menambah wawasan serta pengetahuan mengenai asal usul sejarah berdirinya Candi Muara Takus, pendiri dan raja yang memimpin, dan letak Candi Muara Takus. Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dengan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai sumber yang dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
            Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
             Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Candi Muara Takus ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya maupun inspirasi terhadap pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.















DAFTAR ISI



Kata pengantar                                                .........................................  1
Daftar isi                                                         .........................................  2
BAB I Pendahuluan                                       .........................................  3
Latar Belakang Masalah                                 .......................................... 4
BAB II Pembahasan                                       .......................................... 5 
 A. Asal muasal nama muara takus                .......................................... 6
 B.Sejarah candi Muara Takus                        .......................................... 7
BAB III Penutup                                            .......................................... 8
Daftar pustaka                                                 .......................................... 9



















BAB  I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Candi Muara Takus - Candi Muara Takus adalah salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Budha Sriwijaya yang sangat termasyur. Muara Takus berada di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar yang kurang lebih berjarak 135 km dari kota Pekan Baru Riau dan lokasinya yang tidak sulit dijangkau membuat candi ini dapat dengan mudah dikunjungi dengan perjalanan darat kurang lebih 3 jam dari Pekan Baru, Riau. Letaknya yang juga di tepi sungai Kampar Kanan dapat dicapai dengan mudah dari jalan lintas Riau - Sumetera Barat yang hanya berjarak sekitar 20 km. Muara Takus merupakan sebuah komplek percandian yang cukup besar dan luas. Candi ini juga diyakini sebagai kompleks peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tertua di dunia, dan juga merupakan simbol dari puncak kejayaan kerajaan itu. Sampai dengan saat ini sebenarnya belum ada satupun bukti sejarah Candi Muara Takus yang bisa menunjukkan kapan tepatnya candi ini dibangun. Tetapi secara pasti candi ini telah ada pada jaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
 Candi Muara Takus pertama kali ditemukan paada tahun 1860 oleh seorang arkeolog bernama Cornet D. Groot. Keunikan candi ini adalah bangunannya yang terbuat dari beberapa jenis batu yaitu batu bata, batu pasir, dan juga batu sungai. Candi ini juga dikelilingi oleh bangunan semacam pagar tembok yang terbuat dari batu bata berukuran cukup besar yaitu sekitar 74x74 cm. tentunya hal ini sangat unik mengingat sebagian besar candi di Indonesia yang kita kenal menggunakan bahan utama batu andesit, seperti candi Borobudhur, Candi Prambanan.
Para ahli mengatakan bahwa batuan yang dipakai untuk membangun Candi Muara Takus ini berasal dari tanah di sebuah desa di dekat candi yang bernama Pongkai, yang terletak sekitar 6 kilometer dari candi. Dalam bahasa China, kata Pong artinya lubang sedangkan kata Kai mempunyai arti tanah.
Jadi desa Pongkai kemungkinan besar dinamai berdasarkan kondisi desa dimana banyak ditemukan tempat dengan tanah yang berlubang besar akibat pengerukan tanah besar-besaran untuk digunakan membuat batu candi.Latar belakang sejarah candi muara takus saat didirikannya kemungkinan besar adalah karena daerah Muara Takus pada zaman dahulu adalah sebuah daerah yang sering disinggahi oleh banyak pelaut dan pedagang yang menyusuri Sungai Kampar Kanan dengan kapal. sejarah candi muara takus saat didirikannya kemungkinan besar adalah karena daerah Muara Takus pada zaman dahulu adalah sebuah daerah yang sering disinggahi oleh banyak pelaut dan pedagang yang menyusuri Sungai Kampar Kanan dengan kapal. Maka terjadilah pertukaran budaya oleh para pedagang dan penduduk yang akhirnya membuat pemerintahan pada zaman itu memutuskan untuk mendirikan sebuah candi sebagai tempat peribadatan dan berbagai acara keagamaan. Yang unik dari sejarah Candi Muara Takus seperti yang telah diketahui, yaitu ciri khas candi muara takus terletak pada arsitektur bangunannya yang selain menggunakan bahan yang berbeda dengan candi-candi lain di Indonesia, namun juga memiliki bentuk yang lain. Bahkan mungkin bila dilihat, kompleks candi muara takus malah lebih mirip dengan bangunan candi stupa budha di Sri Lanka, India, Vietnam, atau Myanmar.[1]

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Mengapa candi muara takus di masukkan kedalam provinsi Riau ?
2.      Bagaimana kebenaran sejarah candi muara takus yang diperkirakan masuk dalam 3 provinsi (Jambi,Riau,Palembang) ?
3.      Apa nama provinsi awal sebelum Jambi menjadi provinsi ?

C.     METODE PENELITIAN
-          HeuristikHeuristik adalah suatu penuntun yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu masalah dapat mengarahkan pemecah masalah untuk menemukan penyelesaian soal yang diberikan. [2]
-          Kritik sumber adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber.[3]
-          Menganalisis dan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar.[4]
-          Historigrafi adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam tulisan.[5]

D.    TUJUAN
a.Keilmuan
Untuk megetahui kepastian keberadaan candi muara takus dan sejarah candi muara takus.
b.Akademisi
                Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang keberadaan candi muara takus.

E.     MANFAAT
Bagi penulis adalah mengajarkan tentang cara penyusunan yang baik dan benar, sekaligus untuk meningkatkan rasa kerjasama dalam berkelompok.
Bagi pembaca adalah menginformasikan kepada pembaca tentang kepastian sejarah candi Muara Takus.  





















BAB II
PEMBAHASAN

Candi Muara Takus merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang terdapat di kecamatan XIII Koto Kampar.Muara Takus ini jaraknya lebih kurang 150 kilometer  dari kota Pekanbaru tempat saya tinggal.
Candi Muara Takus merupakan candi terbesar di Sumatera. Stupa candi ini tidak lazim seperti candi aliran Budha lainnya. Umumnya Stupa candi - candi Budha berbentuk lonceng duduk. Lokasi wisata ini terletak sekitar 135 km dari kota Pekanbaru.
Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter. Sementara candi itu sendiri berukuran 7 x 7 meter. Di luar areal kompleks, terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan.

A.    ASAL MUASAL NAMA MUARA TAKUS
Muara Takus berasal dari nama sebuah anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan. Menurut Duta Besar Singapura yang pernah berkunjung k Muara Takus pada tahun 1977 menyatakan bahwa Muara takus terdiri dari dua kata yaitu "Muara" dan "Takus", menurut pendapatnya "Muara" berarti tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau sungai yang lebih besar, sedangkan "Takus" berasal dari Bahasa China yang artinya : TA = besar, KU = Tua, SE = Candi. Jadi arti keseluruhannya  adalah Candi Tua yang besar yang terletak di Muara Sungai

Candi Muara Takus merupakan candi penganut agama Buddha. Ada yang berpendapat bahwa candi ini peninggalan agama Buddha yang datang dari India karena bentuknya mirip dengan Candi Acoka yang ada di India. Namun ada pula yang berpendapat bahwa ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Komplek Candi Muara Takus merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Sejumlah literatur menyebutkan, Muara Takus berasal dari kata Muara dan Takus. Takus berasal dari bahasa Cina, yakni Ta Ku Se, artinya Candi Tua.

Seperti umumnya candi, komplek Muara Takus berada di dekat aliran sungai. Ia terletak di tepian Sungai Kampar Kanan. Candi Muara Takus tidak punya relief sama sekali pada dinding-dindingnya. Hanya menggambarkan seni bangunan bertingkat dari bata dengan irama timbul tenggelam. Membentuk komposisi artistik dan anggun.

Candi Muara Takus merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah berbentuk candi di Riau. Candi Budhis ini merupakan bukti historis bahwa agama Budha pernah berkembang di kawasan ini beberapa abad yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara pasti, kapan candi ini didirikan. Sebagian mengatakan abad kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya. 
B.     SEJARAH CANDI MUARA TAKUS
Candi Muara Takus ditemukan pada tahun 1860 oleh Cornet De Groot, hasil penemuannya dituangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul "KOTO CANDI", tulisan tersebut dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde".
kemudian setelah ditemukannya Candi Muara Takus dan setelah literatur dari Cornet De Groot dipublikasikan banyak peneliti dari luar negeri yang melakukan penelitian mengenai Muara Takus diantaranya ada G DU RUY VAN BEST HOLLE, W.P. GRONEVELD, R.D.M VERBEEK dan E.TH. VAN DELDEN, J.W. YZERMAN, DR. F.M. SCHNITGER, BOSCH, BENET KEMPERS dan lain lain dan sebagian besar dari hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sesunggugnya Sriwijaya berada di Muara Takus dan bukan berada di Sumatera Selatan.[6]





Bangunan yang utama adalah yang disebut Candi Tuo. Candi ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan candi bangunan terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah utara Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat tangga, yang menurut perkiraan aslinya dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung singa dalam posisi duduk. Bangunan ini mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya telah rusak dan batu-batunya telah banyak yang hilang.
Candi Tuo dibangun dari campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur. Selama tahun anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi sebelah barat (kaki I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki: 2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai 8,50 m.
Bangunan kedua dinamakan Candi Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m. Tingginya sampai ke puncak 14,30 m berdiri diatas pondamen segi delapan (astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada alasnya terdapat teratai berganda dan di tengahnya menjulang sebuah menara yang bentuknya mirip phallus (yoni).
Pada tahun 1860, seorang arkeolog Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian depannya. Volume bangunan Candi Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai dipugar pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.
Bangunan ketiga disebut Candi Palangka, yang terletak 3,85 m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan dinding Candi Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar satu meter. Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989. Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada lagi. Di bagian sebelah utara terdapat tangga yang telah rusak, sehingga tidak dapat diketahui bentuk aslinya. Kaki candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak, berukuran panjang 6,60 m, lebar 5,85 m serta tingginya 1,45 m dari permukaan tanah dengan volume 52,9 m3.
Bangunan keempat dinamakan Candi Bungsu. Candi Bungsu terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada bagian depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi ini dimulai tahun 1988 dan selesai dikerjakan tahun 1990. Melalu pemugaran tersebut candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang dengan ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat dipugar, karena tidak diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi setelah dipugar 6,20 m dari permukaan tanah, dan volume nya 365,8 m3.
Menurut gambar yang dibuat oleh J.W. Yzerman bersama-sama dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa kecil yang mengelilingi sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari batu pasir (tuff) terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.[7]





Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Di dalam situs Candi Muara Takus ini terdapat bangunan candi yang disebut dengan Candi Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai serta Palangka. Selain bangunan tersebut di dalam komplek candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Sementara di luar situs ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.
Candi Mahligai
Candi Mahligai atau Stupa Mahligai, merupakan bangunan candi yang dianggap paling utuh. Bangunan ini terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Stupa ini memiliki pondasi berdenah persegi panjang dan berukuran 9,44 m x 10,6 m, serta memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di sebelah Selatan. Pada bagian alas tersebut terdapat ornamen lotus ganda, dan di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada bagian dasarnya. Bagian atas dari bangunan ini berbentuk lingkaran. Menurut Snitger, dahulu pada ke-empat sudut pondasi terdapat 4 arca singa dalam posisi duduk yang terbuat dari batu andesit. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yzerman, dahulu bagian puncak menara terdapat batu dengan lukisan daun oval dan relief-relief sekelilingnya. Bangunan ini diduga mengalami dua tahap pembangunan. Dugaan in didasarkan pada kenyataan bahwa di dalam kaki bangunan yang sekarang terdapat profil kaki bangunan lama sebelum bangunan diperbesar.
Candi Tua
Candi Tua atau Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya di dalam situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Bagian kaki terbagi dua. Ukuran kaki pertama tingginya 2,37 m sedangkan yang kedua mempunyai ketinggian 1,98 m. Tangga masuk terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa. Lebar masing-masing tangga 3,08 m dan 4 m. Dilihat dari sisa bangunan bagian dasar mempunyai bentuk lingkaran dengan garis tengah ± 7 m dan tinggi 2,50 m. Ukuran pondasi bangunan candi ini adalah 31,65 m x 20,20 m. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar. Bagian atas dari bangunan ini adalah bundaran. Tidak ada ruang kosong sama sekali di bagian dalam Candi Sulung. Bangunan terbuat dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat sudut-sudut bangunan, pilaster-pilaster, dan pelipit-pelipit pembatas perbingkaian bawah kaki candi dengan tubuh kaki serta pembatas tubuh kaki dengan perbingkaian atas kaki. Berdasarkan penelitian tahun 1983 diketahui bahwa candi ini paling tidak telah mengalami dua tahap pembangunan. Indikasi mengenai hal ini dapat dilihat dari adanya profil bangunan yang tertutup oleh dinding lain yang bentuk profilnya berbeda.
Candi Bungsu
Candi Bungsu bentuknya tidak jauh beda dengan Candi Sulung. Hanya saja pada bagian atas berbentuk segi empat. Ia berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter. Di sebelah timur terdapat stupa-stupa kecil serta terdapat sebuah tangga yang terbuat dari batu putih. Bagian pondasi bangunan memiliki 20 sisi, dengan sebuah bidang di atasnya. Pada bidang tersebut terdapat teratai. Penelitian yang dilakukan oleh Yzerman, berhasil menemukan sebuah lubang di pinggiran padmasana stupa yang di dalamnya terdapat tanah dan abu. Dalam tanah tersebut didapatkan tiga keping potongan emas dan satu keping lagi terdapat di dasar lubang, yang digores dengan gambar-gambar tricula dan tiga huruf Nagari. Di bawah lubang, ditemukan sepotong batu persegi yang pada sisi bawahnya ternyata digores dengan gambar tricula dan sembilan buah huruf. Bangunan ini dibagi menjadi dua bagian menurut jenis bahan yang digunakan. Kurang lebih separuh bangunan bagian Utara terbuat dari batu pasir, sedangkan separuh bangunan bagian selatan terbuat dari bata. Batas antara kedua bagian tersebut mengikuti bentuk profil bangunan yang terbuat dari batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa bagian bangunan yang terbuat dari batu pasir telah selesai dibangun kemudian ditambahkan bagian bangunan yang terbuat dari bata.
Candi Palangka
Bangunan candi ini terletak di sisi timur Stupa Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 m x 5,7 m dengan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata, dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara. Candi Palangka pada masa lampau diduga digunakan sebagai altar.
Arsitektur
Candi Muara Takus merupakan salah satu bangunan suci agama Budha yang ada di Riau. Ciri yang menunjukkan bangunan suci tersebut merupakan bangunan agama Budha adalah stupa. Bentuk stupa sendiri berasal dari seni India awal, hampir merupakan anak bukit buatan yang berbentuk setengah lingkaran tertutup dengan bata atau timbunan dan diberi puncak meru. Stupa adalah ciri khas bangunan suci agama Budha dan berubah-ubah bentuk dan fungsinya dalam sejarahnya di India dan di dunia Budhisme lainnya. Berdasarkan fungsinya stupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.         Stupa yang merupakan bagian dari sesuatu bangunan.
2.         Stupa yang berdiri sendiri atau berkelompok tapi masing-masing sebagai bangunan lengkap.
3.         Stupa yang menjadi pelengkap kelompok selaku candi perwara.
Berdasarkan fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa bangunan di kompleks Candi Muara Takus menduduki fungsi yang kedua, yaitu stupa yang berdiri sendiri atau berkelompok tapi masing-masing sebagai bangunan lengkap.
Arsitektur bangunan stupa Candi Muara Takus sendiri sangatlah unik karena tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Bentuk candi ini memiliki kesamaan dengan stupa Budha di Myanmar, stupa di Vietnam, Sri Lanka atau stupa kuno di India pada periode Ashoka, yaitu stupa yang memiliki ornamen sebuah roda dan kepala singa, hampir sama dengan arca yang ditemukan di kompleks Candi Muara Takus.
Patung singa sendiri secara filosofis merupakan unsur hiasan candi yang melambangkan aspek baik yang dapat mengalahkan aspek jahat atau aspek ‘terang’ yang dapat mengalahkan aspek ‘jahat’. Dalam ajaran agama Budha motif hiasan singa dapat dihubungkan maknanya dengan sang Budha, hal ini terlihat dari julukan yang diberikan kepada sang Budha sebagai ‘singa dari keluarga Sakya’. Serta ajaran yang disampaikan oleh sang Budha juga diibaratkan sebagai ‘suara’ (simhanada) yang terdengar keras di seluruh penjuru mata angin.
Dalam naskah Silpa Prakasa dituliskan bahwa terdapat empat tipe singa yang dianggap baik, antara lain :
1.         Udyatā: singa yang digambarkan di atas kedua kaki belakang, badannya dalam posisi membalik dan melihat ke belakang. Sikap ini disebut simhavalokana.
2.         Jāgrata: singa yang digambarkan dengan wajah yang sangat buas (mattarūpina). Ia bersikap duduk dengan cakarnya diangkat ke atas. Sering disebut khummana simha.
3.         Udyatā: singa yang digambarkan dalam sikap duduk dengan kaki belakang dan biasanya ditempatkan di atas suatu tempat yang tinggi. Terkenal dengan sebutan jhmpa-simha.
4.         Gajakrānta: singa yang digambarkan duduk dengan ketiga kakinya di atas raja gajah. Satu kaki depannya diangkat di depan dada seolah-olah siap untuk menerkam. Singa ini disebut simha kunjara.
Di kompleks Candi Muara Takus sendiri terdapat dua candi yang memiliki patung singa, yaitu Candi Sulung dan Candi Mahligai. Di Candi Sulung arca singa ditemukan di depan candi atau di tangga masuk candi tersebut. Di Candi Mahligai arca singa ditemukan di keempat sudut pondasinya. Penempatan patung singa ini, berdasarkan konsep yang berasal dari kebudayaan India, dimaksudkan untuk menjaga bangunan suci dari pengaruh jahat karena singa merupakan simbol dari kekuatan terang atau baik.
Berdasarkan penelitian R.D.M. Verbeck dan E. Th. van Delden diduga bahwa bangunan Candi Muara Takus dahulunya merupakan bangunan Buddhis yang terdiri dari biara dan beberapa candi.[8]


























BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Candi Muara Takus merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sriwijaya yang berada di provinsi riau, terbentuk karena sering di singgahi banyak pelaut dan pedagang yang menyusuri sungai Kampar kanan dengan Kampar kiri yang menyebabkan terjadinya pertukaran budaya oleh para pedagang dan penduduk yang akhirnya membuat pemerintah pada zaman itu memutuskan untuk membuat candi sebagai tempat peribadatan dan berbagai acara keagamaan.
Sebagai provinsi yang memiliki peninggalan sejarah berupa candi yang menjadi pusat pariwisata yang unik bagi orang-orang yang ingin mengenal budaya peninggalan kerajaan Sriwijaya. 





















DAFTAR PUSTAKA




















LAMPIRAN


1.      Kenapa Candi Muara Takus dimasukkan 3 provinsi ?
2.      Bagaimana kebenaran sejarah Candi Muara Takus yang di perkirakan masuk dalam 3 provinsi (Jambi, Riau, Palembang)?
3.      Sebelum terbagi menjadi 3 provinsi daerah tersebut di beri nama apa?