MAKALAH SEJARAH
SEJARAH CANDI
MUARA TAKUS
GURU PEMBIMBING : DEDI ROHMANU S.Pd
KELOMPOK 1
ANGGOTA :
ADE SANDRI
ANGGI FEBRIADY
KRISNA GEMILANG
ASASI
NURAINI
YATIN
SMA N 7
KEC. RIMBO ILIR
KAB. TEBO
TAHUN AJARAN 2015/2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya lah kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Candi Muara Takus sebatas kemampuan dan
pengetahuan yang kami miliki. Kami juga berterima kasih pada bapak Dedi Rohmanu
spd. selaku pembimbing mata pelajaran Sejarah Umum yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat dalam menambah wawasan serta pengetahuan mengenai asal usul sejarah
berdirinya Candi Muara Takus, pendiri dan raja yang memimpin, dan letak Candi
Muara Takus. Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dengan mengumpulkan
bukti-bukti dari berbagai sumber yang dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini
terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang Candi Muara Takus ini dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya maupun inspirasi terhadap pembaca. Sebelumnya
kami mohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar ......................................... 1
Daftar
isi ......................................... 2
BAB
I Pendahuluan ......................................... 3
Latar
Belakang Masalah ..........................................
4
BAB
II Pembahasan ..........................................
5
A.
Asal muasal nama muara takus ..........................................
6
B.Sejarah candi Muara Takus ..........................................
7
BAB
III Penutup ..........................................
8
Daftar
pustaka ..........................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Candi Muara Takus - Candi
Muara Takus adalah salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Budha
Sriwijaya yang sangat termasyur. Muara Takus berada di Kecamatan XIII Koto
Kampar, Kabupaten Kampar yang kurang lebih berjarak 135 km dari kota Pekan Baru
Riau dan lokasinya yang tidak sulit dijangkau membuat candi ini dapat dengan
mudah dikunjungi dengan perjalanan darat kurang lebih 3 jam dari Pekan Baru,
Riau. Letaknya yang juga di tepi sungai Kampar Kanan dapat dicapai dengan mudah
dari jalan lintas Riau - Sumetera Barat yang hanya berjarak sekitar 20 km. Muara Takus merupakan
sebuah komplek percandian yang cukup besar dan luas. Candi ini juga diyakini
sebagai kompleks peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tertua di dunia, dan juga
merupakan simbol dari puncak kejayaan kerajaan itu. Sampai dengan saat ini sebenarnya belum ada satupun bukti
sejarah Candi Muara Takus yang bisa menunjukkan kapan tepatnya candi ini
dibangun. Tetapi secara pasti candi ini telah ada pada jaman kejayaan Kerajaan
Sriwijaya.
Candi Muara Takus pertama kali ditemukan paada tahun 1860 oleh seorang
arkeolog bernama Cornet D. Groot. Keunikan candi ini adalah bangunannya yang
terbuat dari beberapa jenis batu yaitu batu bata, batu pasir, dan juga batu
sungai. Candi ini juga dikelilingi oleh bangunan semacam pagar tembok yang
terbuat dari batu bata berukuran cukup besar yaitu sekitar 74x74 cm. tentunya
hal ini sangat unik mengingat sebagian besar candi di Indonesia yang kita kenal
menggunakan bahan utama batu andesit, seperti candi Borobudhur, Candi Prambanan.
Para ahli mengatakan bahwa
batuan yang dipakai untuk membangun Candi Muara Takus ini berasal dari tanah di
sebuah desa di dekat candi yang bernama Pongkai, yang terletak sekitar 6
kilometer dari candi. Dalam bahasa China, kata Pong artinya lubang sedangkan
kata Kai mempunyai arti tanah.
Jadi desa Pongkai
kemungkinan besar dinamai berdasarkan kondisi desa dimana banyak ditemukan
tempat dengan tanah yang berlubang besar akibat pengerukan tanah besar-besaran
untuk digunakan membuat batu candi.Latar belakang sejarah candi muara takus
saat didirikannya kemungkinan besar adalah karena daerah Muara Takus pada zaman
dahulu adalah sebuah daerah yang sering disinggahi oleh banyak pelaut dan
pedagang yang menyusuri Sungai Kampar Kanan dengan kapal. sejarah candi muara takus saat didirikannya kemungkinan besar
adalah karena daerah Muara Takus pada zaman dahulu adalah sebuah daerah yang
sering disinggahi oleh banyak pelaut dan pedagang yang menyusuri Sungai Kampar
Kanan dengan kapal. Maka terjadilah pertukaran budaya oleh para pedagang dan
penduduk yang akhirnya membuat pemerintahan pada zaman itu memutuskan untuk
mendirikan sebuah candi sebagai tempat peribadatan dan berbagai acara
keagamaan. Yang unik
dari sejarah Candi Muara Takus seperti yang telah diketahui, yaitu ciri khas
candi muara takus terletak pada arsitektur bangunannya yang selain menggunakan
bahan yang berbeda dengan candi-candi lain di Indonesia, namun juga memiliki
bentuk yang lain. Bahkan mungkin bila dilihat, kompleks candi muara takus malah
lebih mirip dengan bangunan candi stupa budha di Sri Lanka, India, Vietnam,
atau Myanmar.[1]
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Mengapa
candi muara takus di masukkan kedalam provinsi Riau ?
2.
Bagaimana
kebenaran sejarah candi muara takus yang diperkirakan masuk dalam 3 provinsi
(Jambi,Riau,Palembang) ?
3.
Apa nama
provinsi awal sebelum Jambi menjadi provinsi ?
C.
METODE
PENELITIAN
-
HeuristikHeuristik
adalah suatu penuntun yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu masalah dapat
mengarahkan pemecah masalah untuk menemukan penyelesaian soal yang diberikan. [2]
-
Kritik
sumber adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber.[3]
-
Menganalisis
dan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan peneliti untuk merangkum
secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan
benar.[4]
-
Historigrafi
adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam tulisan.[5]
D.
TUJUAN
a.Keilmuan
Untuk megetahui kepastian keberadaan candi muara takus dan
sejarah candi muara takus.
b.Akademisi
Untuk
menginformasikan kepada pembaca tentang keberadaan candi muara takus.
E.
MANFAAT
Bagi penulis adalah mengajarkan tentang cara penyusunan yang
baik dan benar, sekaligus untuk meningkatkan rasa kerjasama dalam berkelompok.
Bagi pembaca adalah menginformasikan kepada pembaca tentang
kepastian sejarah candi Muara Takus.
BAB II
PEMBAHASAN
Candi Muara Takus
merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang terdapat di kecamatan XIII
Koto Kampar.Muara Takus ini jaraknya lebih kurang 150 kilometer dari kota
Pekanbaru tempat saya tinggal.
Candi Muara Takus
merupakan candi terbesar di Sumatera. Stupa candi ini tidak lazim seperti candi
aliran Budha lainnya. Umumnya Stupa candi - candi Budha berbentuk lonceng
duduk. Lokasi wisata ini terletak sekitar 135 km dari kota Pekanbaru.
Kompleks
candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter. Sementara candi itu
sendiri berukuran 7 x 7 meter. Di luar areal kompleks, terdapat pula tembok
tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke
pinggir sungai Kampar Kanan.
A.
ASAL MUASAL NAMA MUARA
TAKUS
Muara
Takus berasal dari nama sebuah anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar
Kanan. Menurut Duta Besar Singapura yang pernah berkunjung k Muara Takus pada
tahun 1977 menyatakan bahwa Muara takus terdiri dari dua kata yaitu
"Muara" dan "Takus", menurut pendapatnya "Muara"
berarti tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke laut atau sungai
yang lebih besar, sedangkan "Takus" berasal dari Bahasa China yang
artinya : TA = besar, KU = Tua, SE = Candi. Jadi arti keseluruhannya
adalah Candi Tua yang besar yang terletak di Muara Sungai
Candi
Muara Takus merupakan candi penganut agama Buddha. Ada yang berpendapat bahwa
candi ini peninggalan agama Buddha yang datang dari India karena bentuknya
mirip dengan Candi Acoka yang ada di India. Namun ada pula yang berpendapat
bahwa ini merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Komplek
Candi Muara Takus merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk
candi di Riau. Sejumlah literatur menyebutkan, Muara Takus berasal dari kata
Muara dan Takus. Takus berasal dari bahasa Cina, yakni Ta Ku Se, artinya Candi
Tua.
Seperti
umumnya candi, komplek Muara Takus berada di dekat aliran sungai. Ia terletak
di tepian Sungai Kampar Kanan. Candi Muara Takus tidak punya relief sama sekali
pada dinding-dindingnya. Hanya menggambarkan seni bangunan bertingkat dari bata
dengan irama timbul tenggelam. Membentuk komposisi artistik dan anggun.
Candi Muara Takus merupakan satu-satunya situs
peninggalan sejarah berbentuk candi di Riau. Candi Budhis ini merupakan bukti
historis bahwa agama Budha pernah berkembang di kawasan ini beberapa abad yang
silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum dapat menentukan secara
pasti, kapan candi ini didirikan. Sebagian mengatakan abad kesebelas, ada yang
mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan sebagainya.
B.
SEJARAH CANDI MUARA
TAKUS
Candi Muara Takus
ditemukan pada tahun 1860 oleh Cornet De Groot, hasil penemuannya dituangkan
dalam sebuah tulisan yang berjudul "KOTO CANDI", tulisan tersebut
dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde".
kemudian
setelah ditemukannya Candi Muara Takus dan setelah literatur dari Cornet De
Groot dipublikasikan banyak peneliti dari luar negeri yang melakukan penelitian
mengenai Muara Takus diantaranya ada G DU RUY VAN BEST HOLLE, W.P. GRONEVELD,
R.D.M VERBEEK dan E.TH. VAN DELDEN, J.W. YZERMAN, DR. F.M. SCHNITGER, BOSCH,
BENET KEMPERS dan lain lain dan sebagian besar dari hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa sesunggugnya Sriwijaya berada di Muara Takus dan bukan
berada di Sumatera Selatan.[6]
Bangunan yang utama
adalah yang disebut Candi Tuo. Candi ini berukuran 32,80 m x 21,80 m dan merupakan
candi bangunan terbesar di antara bangunan yang ada. Letaknya di sebelah utara
Candi Bungsu. Pada sisi sebelah timur dan barat terdapat tangga, yang menurut
perkiraan aslinya dihiasi stupa, sedangkan pada bagian bawah dihiasi patung
singa dalam posisi duduk. Bangunan ini mempunyai sisi 36 buah dan terdiri dari
bagian kaki I, kaki II, tubuh dan puncak. Bagian puncaknya telah rusak dan
batu-batunya telah banyak yang hilang.
Candi Tuo dibangun dari
campuran batu bata yang dicetak dan batu pasir (tuff). Pemugaran Candi Tuo
dilaksanakan secara bertahap akibat keterbatasan anggaran yang tersedia. Pada
tahun 1990, selesai dikerjakan bagian kaki I di sisi timur. Selama tahun
anggaran 1992/1993 pemugaran dilanjutkan dengan bagian sisi sebelah barat (kaki
I dan II). Volume bangunan keseluruhan mencapai 2.235 m3, terdiri dari : kaki:
2.028 m3, tubuh: 150 m3, dan puncak: 57 m3. Tinggi bangunan mencapai 8,50 m.
Bangunan kedua dinamakan Candi
Mahligai. Bangunan ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m.
Tingginya sampai ke puncak 14,30 m berdiri diatas pondamen segi delapan
(astakoma) dan bersisikan sebanyak 28 buah. Pada alasnya terdapat teratai
berganda dan di tengahnya menjulang sebuah menara yang bentuknya mirip phallus
(yoni).
Pada tahun 1860, seorang arkeolog
Belanda bernama Cornel de Groot berkunjung ke Muara Takus. Pada waktu itu di
setiap sisi ia masih menemukan patung singa dalam posisi duduk. Saat ini
patung-patung tersebut sudah tidak ada bekasnya. Di sebelah timur, terdapat
teras bujur sangkar dengan ukuran 5,10 x 5,10 m dengan tangga di bagian
depannya. Volume bangunan Candi Mahligai 423,20 m3 yang terdiri dari volume
bagian kaki 275,3 m3, tubuh 66,6 m3 dan puncak 81,3 m3. Candi Mahligai mulai
dipugar pada tahun 1978 dan selesai pada tahun 1983.
Bangunan ketiga disebut Candi
Palangka, yang terletak 3,85 m sebelah timur Candi Mahligai. Bangunan ini
terdiri dari batu bata merah yang tidak dicetak. Candi Palangka merupakan candi
yang terkecil, relung-relung penyusunan batu tidak sama dengan dinding Candi
Mahligai. Dulu sebelum dipugar bagian kakinya terbenam sekitar satu meter.
Candi Palangka mulai dipugar pada tahun 1987 dan selesai pada tahun 1989.
Pemugaran dilaksanakan hanya pada bagian kaki dan tubuh candi, karena bagian
puncaknya yang masih ditemukan pada tahun 1860 sudah tidak ada lagi. Di bagian
sebelah utara terdapat tangga yang telah rusak, sehingga tidak dapat diketahui
bentuk aslinya. Kaki candi berbentuk segi delapan dengan sudut banyak,
berukuran panjang 6,60 m, lebar 5,85 m serta tingginya 1,45 m dari permukaan
tanah dengan volume 52,9 m3.
Bangunan keempat dinamakan Candi
Bungsu. Candi Bungsu terletak di sebelah barat Candi Mahligai. Bangunannya
terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir (tuff) terdapat pada bagian
depan, sedangkan batu bata terdapat pada bagian belakang. Pemugaran candi ini
dimulai tahun 1988 dan selesai dikerjakan tahun 1990. Melalu pemugaran tersebut
candi ini dikembalikan ke bentuk aslinya, yaitu empat persegi panjang dengan
ukuran 7,50 m x 16,28 m. Bagian puncak tidak dapat dipugar, karena tidak
diketahui bentuk sebenarnya. Tinggi setelah dipugar 6,20 m dari permukaan
tanah, dan volume nya 365,8 m3.
Menurut gambar yang dibuat oleh J.W.
Yzerman bersama-sama dengan TH. A.F. Delprat dan Opziter (Sinder) H.L. Leijdie
Melvile, di atas bangunan yang terbuat dari bata merah terdapat 8 buah stupa
kecil yang mengelilingi sebuah stupa besar. Di atas bangunan yang terbuat dari
batu pasir (tuff) terdapat sebuah tupa besar. Di bagian sebelah timur terdapat
sebuah tangga yang terbuat dari batu pasir.
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.[7]
Selain bangunan-bangunan tersebut di atas, di sebelah utara, atau tepat di depan gerbang Candi Tuo terdapat onggokan tanah yang mempunyai dua lobang. Tempat ini diperkirakan tempat pembakaran jenazah. Lobang yang satu untuk memasukkan jenazah dan yang satunya lagi untuk mengeluarkan abunya. Tempat pembakaran jenazah ini, termasuk dalam pemeliharaan karena berada dalam komplek percandian. Di dalam onggokan tanah tersebut terdapat batu-batu kerikil yang berasal dari sungai Kampar. Di di luar kompleks Candi Muara Takus, yaitu di beberapa tempat di sekitar Desa Muarata takus, juga diketemukan beberapa bangunan yang diduga masih erat kaitannya dengan candi ini.[7]
Bangunan utama di
kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian
besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Di dalam
situs Candi Muara Takus ini terdapat bangunan candi yang disebut dengan Candi
Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai serta Palangka. Selain bangunan tersebut di
dalam komplek candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai
tempat pembakaran tulang manusia. Sementara di luar situs ini terdapat pula
bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan
jenis bangunannya.
Candi Mahligai
Candi Mahligai atau
Stupa Mahligai, merupakan bangunan candi yang dianggap paling utuh. Bangunan
ini terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Stupa ini memiliki
pondasi berdenah persegi panjang dan berukuran 9,44 m x 10,6 m, serta memiliki
28 sisi yang mengelilingi alas candi dengan pintu masuk berada di sebelah
Selatan. Pada bagian alas tersebut terdapat ornamen lotus ganda, dan di bagian
tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak
bunga pada bagian dasarnya. Bagian atas dari bangunan ini berbentuk lingkaran.
Menurut Snitger, dahulu pada ke-empat sudut pondasi terdapat 4 arca singa dalam
posisi duduk yang terbuat dari batu andesit. Selain itu, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Yzerman, dahulu bagian puncak menara terdapat batu dengan
lukisan daun oval dan relief-relief sekelilingnya. Bangunan ini diduga
mengalami dua tahap pembangunan. Dugaan in didasarkan pada kenyataan bahwa di
dalam kaki bangunan yang sekarang terdapat profil kaki bangunan lama sebelum
bangunan diperbesar.
Candi Tua
Candi Tua atau Candi
Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya di dalam situs
Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan,
dan atap. Bagian kaki terbagi dua. Ukuran kaki pertama tingginya 2,37 m
sedangkan yang kedua mempunyai ketinggian 1,98 m. Tangga masuk terdapat di sisi
Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa. Lebar masing-masing
tangga 3,08 m dan 4 m. Dilihat dari sisa bangunan bagian dasar mempunyai bentuk
lingkaran dengan garis tengah ± 7 m dan tinggi 2,50 m. Ukuran pondasi bangunan
candi ini adalah 31,65 m x 20,20 m. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang
mengelilingi bagian dasar. Bagian atas dari bangunan ini adalah bundaran. Tidak
ada ruang kosong sama sekali di bagian dalam Candi Sulung. Bangunan terbuat
dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat
sudut-sudut bangunan, pilaster-pilaster, dan pelipit-pelipit pembatas perbingkaian
bawah kaki candi dengan tubuh kaki serta pembatas tubuh kaki dengan
perbingkaian atas kaki. Berdasarkan penelitian tahun 1983 diketahui bahwa candi
ini paling tidak telah mengalami dua tahap pembangunan. Indikasi mengenai hal
ini dapat dilihat dari adanya profil bangunan yang tertutup oleh dinding lain
yang bentuk profilnya berbeda.
Candi Bungsu
Candi Bungsu bentuknya
tidak jauh beda dengan Candi Sulung. Hanya saja pada bagian atas berbentuk segi
empat. Ia berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20
meter. Di sebelah timur terdapat stupa-stupa kecil serta terdapat sebuah tangga
yang terbuat dari batu putih. Bagian pondasi bangunan memiliki 20 sisi, dengan
sebuah bidang di atasnya. Pada bidang tersebut terdapat teratai. Penelitian
yang dilakukan oleh Yzerman, berhasil menemukan sebuah lubang di pinggiran
padmasana stupa yang di dalamnya terdapat tanah dan abu. Dalam tanah tersebut
didapatkan tiga keping potongan emas dan satu keping lagi terdapat di dasar
lubang, yang digores dengan gambar-gambar tricula dan tiga huruf Nagari. Di
bawah lubang, ditemukan sepotong batu persegi yang pada sisi bawahnya ternyata
digores dengan gambar tricula dan sembilan buah huruf. Bangunan ini dibagi
menjadi dua bagian menurut jenis bahan yang digunakan. Kurang lebih separuh
bangunan bagian Utara terbuat dari batu pasir, sedangkan separuh bangunan
bagian selatan terbuat dari bata. Batas antara kedua bagian tersebut mengikuti
bentuk profil bangunan yang terbuat dari batu pasir. Hal ini menunjukkan bahwa
bagian bangunan yang terbuat dari batu pasir telah selesai dibangun kemudian
ditambahkan bagian bangunan yang terbuat dari bata.
Candi Palangka
Bangunan candi ini
terletak di sisi timur Stupa Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 m x 5,7 m
dengan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata, dan memiliki
pintu masuk yang menghadap ke arah utara. Candi Palangka pada masa lampau
diduga digunakan sebagai altar.
Arsitektur
Candi Muara Takus
merupakan salah satu bangunan suci agama Budha yang ada di Riau. Ciri yang
menunjukkan bangunan suci tersebut merupakan bangunan agama Budha adalah stupa.
Bentuk stupa sendiri berasal dari seni India awal, hampir merupakan anak bukit
buatan yang berbentuk setengah lingkaran tertutup dengan bata atau timbunan dan
diberi puncak meru. Stupa adalah ciri khas bangunan suci agama Budha dan
berubah-ubah bentuk dan fungsinya dalam sejarahnya di India dan di dunia
Budhisme lainnya. Berdasarkan fungsinya stupa dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
1. Stupa yang merupakan bagian dari
sesuatu bangunan.
2. Stupa yang berdiri sendiri atau
berkelompok tapi masing-masing sebagai bangunan lengkap.
3. Stupa yang menjadi pelengkap kelompok
selaku candi perwara.
Berdasarkan fungsi di
atas dapat disimpulkan bahwa bangunan di kompleks Candi Muara Takus menduduki
fungsi yang kedua, yaitu stupa yang berdiri sendiri atau berkelompok tapi
masing-masing sebagai bangunan lengkap.
Arsitektur bangunan
stupa Candi Muara Takus sendiri sangatlah unik karena tidak ditemukan di tempat
lain di Indonesia. Bentuk candi ini memiliki kesamaan dengan stupa Budha di
Myanmar, stupa di Vietnam, Sri Lanka atau stupa kuno di India pada periode
Ashoka, yaitu stupa yang memiliki ornamen sebuah roda dan kepala singa, hampir
sama dengan arca yang ditemukan di kompleks Candi Muara Takus.
Patung singa sendiri
secara filosofis merupakan unsur hiasan candi yang melambangkan aspek baik yang
dapat mengalahkan aspek jahat atau aspek ‘terang’ yang dapat mengalahkan aspek
‘jahat’. Dalam ajaran agama Budha motif hiasan singa dapat dihubungkan maknanya
dengan sang Budha, hal ini terlihat dari julukan yang diberikan kepada sang
Budha sebagai ‘singa dari keluarga Sakya’. Serta ajaran yang disampaikan oleh
sang Budha juga diibaratkan sebagai ‘suara’ (simhanada) yang terdengar keras di
seluruh penjuru mata angin.
Dalam naskah Silpa
Prakasa dituliskan bahwa terdapat empat tipe singa yang dianggap baik, antara
lain :
1. Udyatā: singa yang digambarkan di atas
kedua kaki belakang, badannya dalam posisi membalik dan melihat ke belakang.
Sikap ini disebut simhavalokana.
2. Jāgrata: singa yang digambarkan dengan
wajah yang sangat buas (mattarūpina). Ia bersikap duduk dengan cakarnya
diangkat ke atas. Sering disebut khummana simha.
3. Udyatā: singa yang digambarkan dalam
sikap duduk dengan kaki belakang dan biasanya ditempatkan di atas suatu tempat
yang tinggi. Terkenal dengan sebutan jhmpa-simha.
4. Gajakrānta: singa yang digambarkan
duduk dengan ketiga kakinya di atas raja gajah. Satu kaki depannya diangkat di
depan dada seolah-olah siap untuk menerkam. Singa ini disebut simha kunjara.
Di kompleks Candi Muara
Takus sendiri terdapat dua candi yang memiliki patung singa, yaitu Candi Sulung
dan Candi Mahligai. Di Candi Sulung arca singa ditemukan di depan candi atau di
tangga masuk candi tersebut. Di Candi Mahligai arca singa ditemukan di keempat
sudut pondasinya. Penempatan patung singa ini, berdasarkan konsep yang berasal
dari kebudayaan India, dimaksudkan untuk menjaga bangunan suci dari pengaruh
jahat karena singa merupakan simbol dari kekuatan terang atau baik.
Berdasarkan penelitian
R.D.M. Verbeck dan E. Th. van Delden diduga bahwa bangunan Candi Muara Takus
dahulunya merupakan bangunan Buddhis yang terdiri dari biara dan beberapa
candi.[8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Candi Muara Takus
merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sriwijaya yang berada di provinsi
riau, terbentuk karena sering di singgahi banyak pelaut dan pedagang yang
menyusuri sungai Kampar kanan dengan Kampar kiri yang menyebabkan terjadinya
pertukaran budaya oleh para pedagang dan penduduk yang akhirnya membuat
pemerintah pada zaman itu memutuskan untuk membuat candi sebagai tempat
peribadatan dan berbagai acara keagamaan.
Sebagai provinsi yang
memiliki peninggalan sejarah berupa candi yang menjadi pusat pariwisata yang
unik bagi orang-orang yang ingin mengenal budaya peninggalan kerajaan
Sriwijaya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.
Kenapa
Candi Muara Takus dimasukkan 3 provinsi ?
2.
Bagaimana
kebenaran sejarah Candi Muara Takus yang di perkirakan masuk dalam 3 provinsi
(Jambi, Riau, Palembang)?
3.
Sebelum
terbagi menjadi 3 provinsi daerah tersebut di beri nama apa?