MAKALAH
OLEH:
DEDI ROHMANU
(13226/2009)
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU-ILMU
SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2010
PENGELOLAAN
KELAS
a. Pengelolaan
kelas
Kelas
sama dengan tempat belajar
2
jenis kelas :
1. Ruang
khusus yang disiapkan untuk tempat belajar
2. Tempat
di luar ruangan yang harus siap untuk tempat belajar
Untuk
bisa terjad pembelajaran harus ada pengelolaan .
Dikelola
itu sama dengan harus ada rencana, disiapkan, diatur, ditata dan di laksanakan
sampai tujuan akhir ( Evaluasi)
Untuk
pembelajaran diluar lapangan harus ada:
1. Tujuan, apa yang diiginkan dan didapatkan yang
berkaitan dengan ips
2. Materi,
ada bentuk kegiatan pembelajaran yang akan di pelajari anak
Mis: candi, batu nisan, lukisan-lukisan
3. Harus
ada rencana tentang langkah-langkah kerja yang akan di lakukan di lapangan
4. Harus
ada persiapan peralatan yang di butuhkan
Persyaratan
dalam pengelolaan kelas di lapangan:
1. Persyaratan
untuk anak didik
Seorang
pendidik harus tahu penyakit-penyakit tertentu yang akan membahayakan si anak
dilapangan nantinya.
2. Persyaratan
tempat
Tempat
yang digunakan sebagai lokasi pembelajaran harus sesuai dengan IPS
3. Persyaratan
administrasi
untuk
memilih lokasi pembelajaran harus melakukan pengecekan terlebih dahulu/
melakukan administrasinya terlebih dahulu
Perencanaan
pembelajaran dalam ruangan harus ada tatanannya pula:
1. Anak didik, kita harus mengetahui karakter si anak
seperti: sifatnya, daya tangkapnya,dll
2. Fisik
kelas, semua yang dingunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas harus
layak pakai seperti: kursi, meja,dll
b. Teknik
pengelolaan di dalam kelas
Dalam salah satu tulisannya Raka
Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas merupakan
salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan kelas
berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut
dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan
upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik)
dan fasilitas.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
- Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
- Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
- Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
- Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam
berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan
merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
- Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
- Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
- Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
- “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
- Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
- Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya
memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive
reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative
reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam
penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena
jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal
yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik
dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang
baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap
tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan
menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust)
dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic
understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan
masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku
pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya
membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi;
menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan
peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk
keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta
didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic
Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang
dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan
masyarakat.
Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A.
Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam
penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership;
(c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication;
(d) cohesiveness.
6
indikator pengelolaan kelas yang berhasil
1. Guru mengerti perbedaan
antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2. Sebagai guru jika anda
pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3.
Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi
contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan
dan lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis
misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur
kelas bukan peraturan kelas.
4.
Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab
prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5.
Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan
konsekuensi.(stiker, penghilangan hak siswa dan lain-lain)
6.
Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan
disiplin bisa dipelajari
Ada dua hal yang membedakan
antara guru yang berhasil dengan yang tidak.
1.
Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan
langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa
selama setahun penuh.
2.
Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan
meneguhkan prosedur.
No comments:
Post a Comment