DWI FUNGSI ABRI
(Analisis Sederhana)
Orde
Baru ialah tatanan seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita
letakkan kembali kepada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan TAP MPRS No. XIII/MPRS/1966 telah berhasil dibentuk kabinet Ampera,
dengan dibentuknya Kabinet Ampera yang dipimpin oleh Soeharto yang didalamnya
terdapat pula perwira-perwira ABRI, berarti ABRI menerima dan ikut
bertanggungjawab atas nasib bangsa dan negara. Didorong oleh rasa tanggungjawab
tersebut diadakanlah seminar angkatan darat II di SESKOAD Bandung pada tanggal
25 s/d 31 Agustus 1966. Seminar ini membahas 3 permasalahan pokok, yaitu; (1)
Stabilitas sosial politik, bagian ke pertamanya “masalah persatuan dan kesatuan
nasional yang kokoh dan dinamis sebagai prasarat untuk menyukseskan
progran-program nasional, serta peranan Angkatan Bersenjata/TNI-AD khususnya”,
(2) Stabilitas sosial ekonomi, bagian ketiganya “Peranan Angkatan Bersenjata,
TNI-AD khususnya dalam sektor produksi dan distibusi”, (3) Kedudukan dan peranan
ABRI/TNI-AD dalam revolusi Indonesia sebagai alat revolusi, alat penegak
demokrasi dan sebagai alat pertahanan dan keamanan negara(alat revolusi=alat
perjuangan).
Tentang
masalah ketiga yang dibicarakan dalam seminar TNI-AD ke II tersebut merupakan
penyempurnaan doktrin perjuangan TNI-AD “TRI UBAYA CAKTI” dari hasil seminar
TNI-AD I yang diselenggarakan pada tanggal 2 s/d 9 April 1965. Sebagaimana
diketahui, dalam doktrin TRI UBAYA CAKTI hasil seminar TNI-AD I, untuk pertama
kalinya dirumuskan doktrin Dwifungsi ABRI. Ditegaskan bahwa kedudukan TNI-AD
sebagai golongan karya ABRI merupakan suatu kekuatan sosial politik dan
kekuatan militer; adalah bagian daripada kekuatan progresif-revolusioner yang
menetapkan sekaligus perannya sebagai alat revolusi, alat demokrasi, dan alat
kekuasaan negara. TNI-AD sebagai alat revolusi, alat demokrasi, dan alat
kekuasaan negara, ikut mengambil bagian dalam menentukan dan melaksanaakan
Haluan Negara, untuk menuju tercapainya “masyarakat sosialis indonesia
berdasarkan pancasila dan terciptanya cita-cita pembentukan dunia baru,
melindungi kepentingan nasional dan membina pertahanan/keamanan nasional”.
Dalam pengembangan doktrin ini perlu difahami bahwa kedudukan dan peranan
golongan karya kini sudah jelas dan nyata daripada dimasa lalu. Dalam hal ini
peranan TNI-AD sebagai salah satu unsur golongan karya ABRI sangat menentukan
dalam pembinaan dan pengembangan golongan karya secara keseluruhan. Telah
disoroti pula 3 masalah pembinaan TNI-AD sebagai; Kekuatan Militer, Golongan Karya,
dan Pembinaan Pertahanan Darat nasional.[1]
Pada
dasarnya semua kekuatan sosial politik secara langsung atau tidak langsung
terlibat dalam tiap kegiatan dalam proses siklus tersebut, demikian pula ABRI
sebagai kekuatan sosial politik. Keterlibatan ABRI khususnya diwujudkan dengan
duduknya wakil-wakil ABRI sebagai fraksi ABRI dalam MPR, DPR, dan DPRD. Fraksi
ABRI ini disamping sebagai wakil-wakil rakyat juga merupakan fraksi “pendukung
pemerintah”. Di bidang eksekutuf ABRI juga menyumbangkan prajurit-prajurit
terbaiknya untuk melaksanakan tugas negara dan pemerintahan di banyak bidang
mulai dari tingkat yang tertinggi samapai yang terendah, di pusat maupun di
daerah. Di samping itu ABRI juga menyumbangkan gagasan dan fikirannya berupa
konsep-konsep kepada pemerintah. Dengan usaha seperti diatas, maka ABRI sebagai
kekuatan sosial politik selalu membantu pelaksanaan program-program repelita
untuk mencapai cita-cita.
No comments:
Post a Comment