Silahkan bagi yang ingin memasang iklan hubungi emaile pemilik di rohmanudedi@yahoo.com

Kumpulan Makalah Sejarah

Monday 21 October 2013

ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN MASA RENAISSANCE



NAMA           : DEDI ROHMANU
TUGAS          : Sejarah Pemikiran

ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN MASA RENAISSANCE

A. Rasionalisme
            Rasionalisme, yaitu suatu alian pemikiran yang menganggap bahwa rasio merupakan kekuatan utama, mendasar atau sumber dari peradaban manusia. Rasionalisme timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan alam yang didasarkan atas daya pikir manusia
            Dalam penjelasan mengenai Rasionalisme akan mengambil mengenai penjelasan dari tokoh Rasionalisme yaitu Voltaire, rasionalisme menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci, dan memperjuangkan rasio sebagai interpretasi sejarah secara teologis. Voltaire juga berpendapat Tuhan telah menarik diri dari dalam pengaturan sejarah, mungkin Tuhan masih mengaturnya, namun tidak ikut campur dalam proses sejarah. Menurut voltaire, tujuan dari sejarah itu ditentukan oleh akal manusia, akal berperan menentukan jalan sejarah. Perkembangan proses sejarah manusia dalam mencapai kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia.     
            Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui imandogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:
·         Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.
·         Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.
            Di luar diskusi keagamaan, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, misalnya kepada masalah-masalah politik atau sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif para rasionalis adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau kepercayaan yang sedang populer.
            Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.
            Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali.
            Aufklarung adalah suatu gerakan besar di Eropa pada abad ke-18 M yang memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa kepada akal budi manusia. Gerakan ini tumbuh sejalan dengan penemuan-penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan alam di Italia, Jerman, Polandia, dan Inggris. Beberapa ilmuwan yang hadir dan meramaikan ilmu pengetahuan pada masa ini, antara lain Galileo, Kepler, Copernicus, dan Newton.

B. POSITIVISME
            Positivisme merupakan aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu harus dapat membuat hukum-hukumnya.
            Didukung oleh rasionalisme di Eropa pada waktu itu berkembanglah kemudian apa yang disebut dengan positivisme yang dipelopori oleh Agust Comte, yang juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Sosial. Positivisme adalah suatu aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu harus dapat membuat hukum-hukumnya. Dengan demikian hanya ilmu yang  dilengkapi dengan hukum-hukumnyalah yang berhak diakui sebagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ilmu-ilmu seperti ilmu sosial, seni termasuk sejarah juga harus mampu menyusun hukum-hukumnya.
            Dalam filsafat sejarahnya Comte membuat suatu periodisasi  sejarah menjadi 3 jaman yaitu:
ü  Jaman Teologi, yaitu suatu jaman dimana masyarakat hanya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini digerakkan oleh kekuasaan super natural.
ü  Jaman Methafisis, yaitu jaman dimana manusia masih percaya adanya kekuatan di luar fisika yang tidak tampak sebagai penggerak dinamika kehidupan ini.
ü  Jaman rasionalisme, yaitu jaman dimana manusia hanya percaya bahwa dinamika di dunia ini, termasuk benda-benda mati, kekuatannya terletak pada hukum alam itu sendiri.
Salah seorang pengikut Agust Comte yang terkenal adalah Henry Thomas Buckle, dengan karyanya yang berjudul “History of Civilization in England”.  Buku itu berisi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan mencari faktor-faktor pendorongnya. Dalam buku itu ia mempertanyakan mengapa Ilmu Pengetahuan berkembang dengan pesat di Eropa, khususnya di Ingris daripada di belahan bumi lainnya. Jawaban yang diajukan ialah bahwa iklim, kondisi tanah menjadi faktor pendorong utama dari kemajuan Eropa. Jawaban semacam itu tidak lain karena dipengaruhi oleh rasionalisme dan positivisme filsafat sejarah Comte.
Sejarawan lain yang cukup terkenal adalah N.D.F. de Coulanges dengan bukunya yang berjudul “The Ancient City”. Dalam buku itu ia menyatakan bahwa  penulisan sejarah Yunani dan Romawi sangat dipengaruhi oleh agama (Kristen Abad pertengahan). Selanjutnya dalam bukunya yang berjudul “History of the Political Institutions of Ancient France” (1870) ia menyatakan bahwa sejarah hanya bisa direkonstruksi dari dokumen-dokumen. Gagasan Coulanges yang sedemikian itu ternyata diikuti dan bahkan dikembangkan oleh Lang Louis dan Charles Seignobos yang terkenal dalam karyanya yang berjjudul “An Introduction to the Study of History” yang sesungguhnya merupakan buku teori dan metodologi sejarah. Menurut kedua sejarawan tersebut bahwa kenyataan masa lampau hanya bisa dilukiskan kembali berdasarkan dokumen-dokumen sejarah yang ada. Istilah yang sangat populer mengenai hal itu adalah “no ducument no history”.

C. Aliran Romantisme
Aliran romantisme muncul karena reaksi terhadap aliran positivisme dan juga karena didorong gerakan nasionalisme. Dalam sejarah penulisan sejarah atau Historiografi, istilah romantik lebih berkaitan dengan sudut pandang politik. Romantik, yaitu visi yang konservatif mengenai negara dan masyarakat. Penulisan sejarah romantik adalah produk dan produsen dari historisme.
Sedangkan romantik adalah berkaitan dengan kesadaran historis dan spirit untuk mempelajari dan menulis masa lampau miliknya sendiri (daerah, negerinya, sukunya atau bangsanya sendiri). Memang belum bisa ditemukan definisi Historiografi romantik secara pasti, namun karena bentuk dari ketidaksepakatan dengan aliran positivisme dan rasionalime, aliran romantik menyatakan tidak benar jika rasio itu merupakan prinsip yang menentukan segalanya, karena ada faktor yang terlupakan oleh rasionalisme yaitu sentimen, emosi atau perasaan.

D. NASIONALISME
            Nasionalisme yaitu gerakan reformasi dari Luther dan kawan-kawan menentang gereja di Roma dengan mempropagandakan penerjemahan injil kedalam berbagai bahasa agar dapat dibaca dan dipahami oleh semua orang. hasilnya terjadi gerakan penerjemahan injil kedalam berbagai bahasa dan menyebabkan terjadinya nasionalisme.

D. Metode Sejarah Kritis
            Metode Sejarah kritis muncul karena adanya kecenderungan untuk mengkritisi aliran sebelumnya terutama romantisme dimana penulisan sejarah dengan romantisme membuat sejarah itu akan terasa subjektif. Metode Sejarah kritis dipelopori oleh Leopold Von Ranken (1795-1886), dia memberikan kritikan terhadap sejarawan lama yang beraliran romntis. Ranken beranggapan bahwa peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi lebih menarik dari pada peristiwa yang diromantisir. Oleh karena itu dia menolak segala hal yang berbau khayalan dalam penulisan sejarah dan memilih berpegang teguh kepada fakta-fakta. Ranken berkata, "sejarah baru mulai apabila dokumen dapat dipahami, lagi pula, cukup banyak dokumen yang dapat dipercaya". Adanya metode kritis ini, maka sejarah sah sebagai ilmu sejarah.
            Dengan munculnya berbagai pendapat atau teori dari orang-orang besar saat itu maka secara ringkas dapat disebutkan bahwa historiografi abad ke-19, ditandai dengan ciri sebagai berikut:
a)      Penghargaan kembali pada zaman pertengahan
b)      Munculnya filsafat sejarah
c)      Munculnya teori orang besar
d)     Timbulnya nasionalisme
e)      Munculnya liberalism.
            Menjelang akhir abad ke-19 kebenaran yang dikemukakan oleh Ranken mulai diragukan, sebab menulis sejarah sebagaimana yang terjadi dinilai bertentangan dengan psikologi. Sadar atau tidak, setiap orang yang menulis pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Fakta sejarah bukanlah batu bata yang tinggal dipasang saja, melainkan fakta yang dipilih dengan sengaja oleh sejarawan. Seperti dikemukakan oleh Carl L. Becker (1873-1945), pemujaan terhadap fakta hanyalah ilusi. Sementara itu James Harvey Robinson (1863-1936) mengatakan bahwa sejarah kritis kita hanya dapat menangkap permukaan, tidak dapat menangkap realitas dibawah dan tidak dapat memahami perilaku manusia. Atas dasar pemikiran itu maka muncul gagasan barutentang perlunya sejarah baru atau 'new perpective on historical writing'. Berbeda dengan historiografi modern yang dipelopori Ranken yang menekankan kritik, maka sejarah baru menekankan perlunya penggunaan ilmu-ilmu sosial, sekaligus mendekatkan kembali ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, sehingga seringkali sejarah baru itu disebut sebagai sejarah sosial.

A.    Atheisme
Ateisme:, dalam arti luas, adalah penolakan terhadap kepercayaan adanya Tuhan/dewa. [1] Dalam arti sempit, ateisme secara khusus berada pada posisi yang meyakini bahwa tidak ada Tuhan/dewa [2] Secara lebih inklusif, simpelnya ateisme hanyalah tidak adanya kepercayaan akan adanya satu Tuhan/dewa pun.
Agnostisme berarti tidak memiliki cukup bukti/klaim tentang keberadaan /ketiadaan TUHAN. Posisi agnostik ini bukan posisi eksklusif dalam atheism, itu berarti orang bisa saja Atheist dan Agnostik sekaligus.
Orang dengan kepercayaan Agnostik-Ateis berarti mengambil posisi bahwa “tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa TUHAN itu ada dan tidak ada”, dengan menjalani hidup dengan asumsi menganggap tuhan tidak ada. Sebaliknya, orang dengan kepercayaan Agnostik-Teis mengambil posisi yang sama, hanya saja mereka menjalani hidup dengan asumsi tuhan ada.
F.       Sekuler. Sekulerisme, dan Sekularisasi
Sekuler adalah sebuah pengertian netral. Ia tidak terkait dengan paham, tetapi bermakna tanpa kualifikasi baik atau buruk, fundamentalis atau liberal. Kata “sekuler” berasal dari kata Latin “seculum” berarti “dunia”, “bumi” kita berada. Kita kiranya sepakat, bahwa dunia dan bumi kita adalah tempat kita dilahirkan, dibesarkan dan akan dike-bumi-kan (dikubur). Dunia kita mengisi semua kita, sesama, manusia yang satu dan sama, dan karena itu, bumi adalah tempat yang “netral”.
“sekularisme” berarti paham menolak mengakui adanya “Pencipta”, “Dunia lain dari dunia ini”. Dalam paham sekularisme -  karena tidak diakui adanya “Yang Ilahi” - sekularisme identik dengan atheisme.
Sekularisasi adalah gerakan atau reaksi wajar untuk menerima otonomi dunia di satu pihak, dan di lain pihak mengakui adanya eksistensi “Yang Ilahi” serta segala bentuk ajarannya. Sekularisasi bertolak belakang dengan sekularisme yang menyangkal eksistensi dan otonomi “Yang Ilahi”.

G. IDEALISME

a.Pengertian Pokok.
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.

b.Perkembangan Idealisme.
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropah.

C. Tokoh-tokohnya.
1.Plato (477 -347 Sb.M)
2.B. Spinoza (1632 -1677)
3.Liebniz (1685 -1753)
4.Berkeley (1685 -1753)
5.Immanuel Kant (1724 -1881)
6.J. Fichte (1762 -1814)
7.F. Schelling (1755 -1854)
8.G. Hegel (1770 -1831)


H. MATERIALISME

a. Pengertian Pokok.
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.

b. Perkembangan Materialisme.
Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.

Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.

2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.

C. Tokoh-tokohnya.
1. Anaximenes ( 585 -528)
2. Anaximandros ( 610 -545 SM)
3. Thales ( 625 -545 SM)
4. Demokritos (kl.460 -545 SM)
5. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
6. Lamettrie (1709 -1715)
7. Feuerbach (1804 -1877)
8. H. Spencer (1820 -1903)
9. Karl Marx (1818 -1883)

I.         Individualisme

Anarkisme individualisme atau Individual-anarkisme adalah salah satu tradisi filsafat dalam anarkisme yang menekankan pada persamaan kebebasan dan kebebasan individual. Konsep ini umumnya berasal dari liberalisme klasik. Kelompok individual-anarkisme percaya bahwa “hati nurani individu seharusnya tidak boleh dibatasi oleh institusi atau badan-badan kolektif atau otoritas publik”. Karena berasal dari tradisi liberalisme, individual-anarkisme sering disebut juga dengan nama “anarkisme liberal”.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam individual-anarkisme antara lain adalah Max Stirner, Josiah Warren, Benjamin Tucker, John Henry Mackay, Fred Woodworth, dan lain- lain. Kebanyakan dari tokoh-tokoh individual-anarkisme berasal dari Amerika Serikat , yang menjadi basis liberalisme. Dan oleh karena itu pandangan mereka terhadap konsep individual-anarkisme kebanyakan dipengaruhi juga oleh alam pemikiran liberalisme.

J. Pemikiran Liberalisme

Pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama untuk menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti "bebas dari batasan" (free from restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan gereja dan raja. (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan total dengan kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi kehidupan manusia.
Pemikiran liberal mempunyai akar sejarah sangat panjang dalam sejarah peradaban Barat yang Kristen. Pada tiga abad pertama Masehi, agama Kristen mengalami penindasan di bawah Imperium Romawi sejak berkuasanya Kaisar Nero (tahun 65). Kaisar Nero bahkan memproklamirkan agama Kristen sebagai suatu kejahatan. (Idris, 1991:74). Menurut Abdulah Nashih Ulwan (1996:71), pada era awal ini pengamalan agama Kristen sejalan dengan Injil Matius yang menyatakan,"Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi milik Tuhan." (Matius, 22:21).
Selanjutnya pada era Pencerahan (Enlightenment) abad XVII-XVIII, seruan untuk memisahkan agama dari kehidupan semakin mengkristal dengan tokohnya Montesquieu (w. 1755), Voltaire (w. 1778), dan Rousseau (1778). Puncak penentangan terhadap Gereja ini adalah Revolusi Perancis tahun 1789 yang secara total akhirnya memisahkan Gereja dari masyarakat, negara, dan politik. (Qashash, 1995:30-31). Sejak itulah lahir sekularisme-liberalisme yang menjadi dasar bagi seluruh konsep ideologi dan peradaban Barat.

No comments:

Post a Comment