NAMA : DEDI
ROHMANU
TUGAS :
Sejarah Pemikiran
ALIRAN-ALIRAN PEMIKIRAN MASA RENAISSANCE
A. Rasionalisme
Rasionalisme,
yaitu suatu alian pemikiran yang menganggap bahwa rasio merupakan kekuatan
utama, mendasar atau sumber dari peradaban manusia. Rasionalisme timbul akibat
kemajuan ilmu pengetahuan alam yang didasarkan atas daya pikir manusia
Dalam penjelasan mengenai
Rasionalisme akan mengambil mengenai penjelasan dari tokoh Rasionalisme yaitu
Voltaire, rasionalisme menolak visi tradisional yang bersumberkan kitab suci,
dan memperjuangkan rasio sebagai interpretasi sejarah secara teologis. Voltaire
juga berpendapat Tuhan telah menarik diri dari dalam pengaturan sejarah,
mungkin Tuhan masih mengaturnya, namun tidak ikut campur dalam proses sejarah.
Menurut voltaire, tujuan dari sejarah itu ditentukan oleh akal manusia, akal
berperan menentukan jalan sejarah. Perkembangan proses sejarah manusia dalam
mencapai kebahagiaan itu ditentukan oleh akal manusia.
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah
doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui
pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau
ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan
dengan humanisme dan atheisme,
dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus
sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun
begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:
·
Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan
keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau
elemen alamiah lainnya.
Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang
antroposentrik.
·
Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan
adanya Tuhan atau dewa-dewa;
rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski
ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh
atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah
atheis.
Di luar
diskusi keagamaan, rasionalisme dapat diterapkan secara lebih umum, misalnya
kepada masalah-masalah politik atau
sosial. Dalam kasus-kasus seperti ini, yang menjadi ciri-ciri penting dari perpektif
para rasionalis adalah penolakan terhadap perasaan (emosi), adat-istiadat atau
kepercayaan yang sedang populer.
Pada
pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang
dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.
Rasionalisme
modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan
rasionalisme modern terhadap sains yang
mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme
kontinental sama sekali.
Aufklarung
adalah suatu gerakan besar di Eropa pada abad ke-18 M yang memberi kedudukan
dan kepercayaan luar biasa kepada akal budi manusia. Gerakan ini tumbuh sejalan
dengan penemuan-penemuan besar di bidang ilmu pengetahuan alam di Italia,
Jerman, Polandia, dan Inggris. Beberapa ilmuwan yang hadir dan meramaikan ilmu
pengetahuan pada masa ini, antara lain Galileo, Kepler, Copernicus, dan Newton.
B.
POSITIVISME
Positivisme merupakan
aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu harus dapat membuat
hukum-hukumnya.
Didukung oleh rasionalisme di Eropa pada waktu itu
berkembanglah kemudian apa yang disebut dengan positivisme yang dipelopori oleh
Agust Comte, yang juga dikenal sebagai Bapak Ilmu Sosial. Positivisme adalah
suatu aliran pemikiran (kejiwaan) yang mengajarkan bahwa ilmu harus dapat
membuat hukum-hukumnya. Dengan demikian hanya ilmu yang dilengkapi dengan hukum-hukumnyalah yang
berhak diakui sebagai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ilmu-ilmu seperti ilmu
sosial, seni termasuk sejarah juga harus mampu menyusun hukum-hukumnya.
Dalam filsafat sejarahnya Comte membuat suatu
periodisasi sejarah menjadi 3 jaman
yaitu:
ü Jaman
Teologi, yaitu suatu jaman dimana masyarakat hanya percaya bahwa segala sesuatu
di dunia ini digerakkan oleh kekuasaan super natural.
ü Jaman
Methafisis, yaitu jaman dimana manusia masih percaya adanya kekuatan di luar
fisika yang tidak tampak sebagai penggerak dinamika kehidupan ini.
ü Jaman
rasionalisme, yaitu jaman dimana manusia hanya percaya bahwa dinamika di dunia
ini, termasuk benda-benda mati, kekuatannya terletak pada hukum alam itu
sendiri.
Salah seorang pengikut
Agust Comte yang terkenal adalah Henry Thomas Buckle, dengan karyanya yang
berjudul “History of Civilization in England”.
Buku itu berisi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
dengan mencari faktor-faktor pendorongnya. Dalam buku itu ia mempertanyakan
mengapa Ilmu Pengetahuan berkembang dengan pesat di Eropa, khususnya di Ingris
daripada di belahan bumi lainnya. Jawaban yang diajukan ialah bahwa iklim,
kondisi tanah menjadi faktor pendorong utama dari kemajuan Eropa. Jawaban
semacam itu tidak lain karena dipengaruhi oleh rasionalisme dan positivisme
filsafat sejarah Comte.
Sejarawan lain yang
cukup terkenal adalah N.D.F. de Coulanges dengan bukunya yang berjudul “The
Ancient City”. Dalam buku itu ia menyatakan bahwa penulisan sejarah Yunani dan Romawi sangat dipengaruhi
oleh agama (Kristen Abad pertengahan). Selanjutnya dalam bukunya yang berjudul
“History of the Political Institutions of Ancient France” (1870) ia menyatakan
bahwa sejarah hanya bisa direkonstruksi dari dokumen-dokumen. Gagasan Coulanges
yang sedemikian itu ternyata diikuti dan bahkan dikembangkan oleh Lang Louis
dan Charles Seignobos yang terkenal dalam karyanya yang berjjudul “An
Introduction to the Study of History” yang sesungguhnya merupakan buku teori
dan metodologi sejarah. Menurut kedua sejarawan tersebut bahwa kenyataan masa
lampau hanya bisa dilukiskan kembali berdasarkan dokumen-dokumen sejarah yang
ada. Istilah yang sangat populer mengenai hal itu adalah “no ducument no
history”.
C.
Aliran Romantisme
Aliran romantisme
muncul karena reaksi terhadap aliran positivisme dan juga karena didorong
gerakan nasionalisme. Dalam sejarah penulisan sejarah atau Historiografi,
istilah romantik lebih berkaitan dengan sudut pandang politik. Romantik, yaitu
visi yang konservatif mengenai negara dan masyarakat. Penulisan sejarah
romantik adalah produk dan produsen dari historisme.
Sedangkan romantik
adalah berkaitan dengan kesadaran historis dan spirit untuk mempelajari dan
menulis masa lampau miliknya sendiri (daerah, negerinya, sukunya atau bangsanya
sendiri). Memang belum bisa ditemukan definisi Historiografi romantik secara
pasti, namun karena bentuk dari ketidaksepakatan dengan aliran positivisme dan
rasionalime, aliran romantik menyatakan tidak benar jika rasio itu merupakan
prinsip yang menentukan segalanya, karena ada faktor yang terlupakan oleh
rasionalisme yaitu sentimen, emosi atau perasaan.
D.
NASIONALISME
Nasionalisme
yaitu
gerakan reformasi dari Luther dan kawan-kawan menentang gereja di Roma dengan
mempropagandakan penerjemahan injil kedalam berbagai bahasa agar dapat dibaca
dan dipahami oleh semua orang. hasilnya terjadi gerakan penerjemahan injil
kedalam berbagai bahasa dan menyebabkan terjadinya nasionalisme.
D.
Metode Sejarah Kritis
Metode Sejarah kritis muncul karena
adanya kecenderungan untuk mengkritisi aliran sebelumnya terutama romantisme
dimana penulisan sejarah dengan romantisme membuat sejarah itu akan terasa
subjektif. Metode Sejarah kritis dipelopori oleh Leopold Von Ranken
(1795-1886), dia memberikan kritikan terhadap sejarawan lama yang beraliran
romntis. Ranken beranggapan bahwa peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi
lebih menarik dari pada peristiwa yang diromantisir. Oleh karena itu dia
menolak segala hal yang berbau khayalan dalam penulisan sejarah dan memilih
berpegang teguh kepada fakta-fakta. Ranken berkata, "sejarah baru mulai
apabila dokumen dapat dipahami, lagi pula, cukup banyak dokumen yang dapat
dipercaya". Adanya metode kritis ini, maka sejarah sah sebagai ilmu
sejarah.
Dengan munculnya berbagai pendapat
atau teori dari orang-orang besar saat itu maka secara ringkas dapat disebutkan
bahwa historiografi abad ke-19, ditandai dengan ciri sebagai berikut:
a) Penghargaan
kembali pada zaman pertengahan
b) Munculnya
filsafat sejarah
c) Munculnya
teori orang besar
d) Timbulnya
nasionalisme
e) Munculnya
liberalism.
Menjelang akhir abad ke-19 kebenaran yang dikemukakan
oleh Ranken mulai diragukan, sebab menulis sejarah sebagaimana yang terjadi
dinilai bertentangan dengan psikologi. Sadar atau tidak, setiap orang yang
menulis pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Fakta sejarah bukanlah batu
bata yang tinggal dipasang saja, melainkan fakta yang dipilih dengan sengaja
oleh sejarawan. Seperti dikemukakan oleh Carl L. Becker (1873-1945), pemujaan
terhadap fakta hanyalah ilusi. Sementara itu James Harvey Robinson (1863-1936)
mengatakan bahwa sejarah kritis kita hanya dapat menangkap permukaan, tidak
dapat menangkap realitas dibawah dan tidak dapat memahami perilaku manusia.
Atas dasar pemikiran itu maka muncul gagasan barutentang perlunya sejarah baru
atau 'new perpective on historical writing'. Berbeda dengan historiografi
modern yang dipelopori Ranken yang menekankan kritik, maka sejarah baru
menekankan perlunya penggunaan ilmu-ilmu sosial, sekaligus mendekatkan kembali
ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial, sehingga seringkali sejarah baru itu
disebut sebagai sejarah sosial.
A.
Atheisme
Ateisme:, dalam arti luas, adalah
penolakan terhadap kepercayaan adanya Tuhan/dewa. [1] Dalam arti sempit,
ateisme secara khusus berada pada posisi yang meyakini bahwa tidak ada
Tuhan/dewa [2] Secara lebih inklusif, simpelnya ateisme hanyalah tidak adanya
kepercayaan akan adanya satu Tuhan/dewa pun.
Agnostisme berarti tidak memiliki cukup bukti/klaim tentang keberadaan /ketiadaan
TUHAN. Posisi agnostik ini bukan posisi eksklusif dalam atheism, itu berarti
orang bisa saja Atheist dan Agnostik sekaligus.
Orang dengan kepercayaan Agnostik-Ateis berarti mengambil posisi bahwa
“tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa TUHAN itu ada dan tidak
ada”, dengan menjalani hidup dengan asumsi menganggap tuhan tidak ada.
Sebaliknya, orang dengan kepercayaan Agnostik-Teis mengambil posisi yang sama,
hanya saja mereka menjalani hidup dengan asumsi tuhan ada.
F.
Sekuler. Sekulerisme, dan Sekularisasi
Sekuler adalah sebuah pengertian netral. Ia tidak terkait dengan
paham, tetapi bermakna tanpa kualifikasi baik atau buruk, fundamentalis atau
liberal. Kata “sekuler” berasal dari kata Latin “seculum” berarti “dunia”,
“bumi” kita berada. Kita kiranya sepakat, bahwa dunia dan bumi kita adalah
tempat kita dilahirkan, dibesarkan dan akan dike-bumi-kan (dikubur). Dunia kita
mengisi semua kita, sesama, manusia yang satu dan sama, dan karena itu, bumi
adalah tempat yang “netral”.
“sekularisme” berarti paham menolak mengakui adanya “Pencipta”, “Dunia
lain dari dunia ini”. Dalam paham sekularisme -
karena tidak diakui adanya “Yang Ilahi” - sekularisme identik dengan
atheisme.
Sekularisasi adalah gerakan atau reaksi wajar untuk menerima otonomi dunia di satu
pihak, dan di lain pihak mengakui adanya eksistensi “Yang Ilahi” serta segala
bentuk ajarannya. Sekularisasi bertolak belakang
dengan sekularisme yang menyangkal eksistensi dan otonomi “Yang Ilahi”.
G. IDEALISME
a.Pengertian Pokok.
Idealisme
adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini
terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis
dengan itu.
b.Perkembangan
Idealisme.
Aliran
ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran
manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang
murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang
merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles
memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide
sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan
menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang
masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasar idealisme ini.
Pada
jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti
Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan
kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka
tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada
masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali
pengaruhnya di Eropah.
C. Tokoh-tokohnya.
1.Plato
(477 -347 Sb.M)
2.B.
Spinoza (1632 -1677)
3.Liebniz
(1685 -1753)
4.Berkeley
(1685 -1753)
5.Immanuel
Kant (1724 -1881)
6.J.
Fichte (1762 -1814)
7.F.
Schelling (1755 -1854)
8.G.
Hegel (1770 -1831)
H. MATERIALISME
a. Pengertian
Pokok.
Materialisme
merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain
materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
b. Perkembangan
Materialisme.
Pada
abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius,
bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham
Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme
mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.
Pada
abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang
menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai
harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu,
faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan
abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan
mudah dimengerti.
Kemajuan
aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana.
Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui
adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa
ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang
Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
1.
Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari
khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi
kacau balau namanya.
2.
Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal
pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3.
Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda
itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu
sendiri yaitu Tuhan.
4.
Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling
mendasar sekalipun.
C. Tokoh-tokohnya.
1.
Anaximenes ( 585 -528)
2.
Anaximandros ( 610 -545 SM)
3.
Thales ( 625 -545 SM)
4.
Demokritos (kl.460 -545 SM)
5.
Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
6.
Lamettrie (1709 -1715)
7.
Feuerbach (1804 -1877)
8.
H. Spencer (1820 -1903)
9.
Karl Marx (1818 -1883)
I.
Individualisme
Anarkisme
individualisme atau Individual-anarkisme adalah salah satu tradisi filsafat dalam
anarkisme yang menekankan pada persamaan kebebasan dan kebebasan individual.
Konsep ini umumnya berasal dari liberalisme klasik. Kelompok
individual-anarkisme percaya bahwa “hati nurani individu seharusnya tidak boleh
dibatasi oleh institusi atau badan-badan kolektif atau otoritas publik”. Karena
berasal dari tradisi liberalisme, individual-anarkisme sering disebut juga
dengan nama “anarkisme liberal”.
Tokoh-tokoh
yang terlibat dalam individual-anarkisme antara lain adalah Max Stirner, Josiah
Warren, Benjamin Tucker, John Henry Mackay, Fred Woodworth, dan lain- lain. Kebanyakan
dari tokoh-tokoh individual-anarkisme berasal dari Amerika Serikat , yang
menjadi basis liberalisme. Dan oleh karena itu pandangan mereka terhadap konsep
individual-anarkisme kebanyakan dipengaruhi juga oleh alam pemikiran
liberalisme.
J. Pemikiran Liberalisme
Pemikiran
liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama untuk menyebut
ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi Gereja dan Renaissans
yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-XV). Disebut liberal, yang
secara harfiah berarti "bebas dari batasan" (free from restraint),
karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari pengawasan
gereja dan raja. (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan total dengan kehidupan
Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh segi
kehidupan manusia.
Pemikiran
liberal mempunyai akar sejarah sangat panjang dalam sejarah peradaban Barat
yang Kristen. Pada tiga abad pertama Masehi, agama Kristen mengalami penindasan
di bawah Imperium Romawi sejak berkuasanya Kaisar Nero (tahun 65). Kaisar Nero
bahkan memproklamirkan agama Kristen sebagai suatu kejahatan. (Idris, 1991:74).
Menurut Abdulah Nashih Ulwan (1996:71), pada era awal ini pengamalan agama
Kristen sejalan dengan Injil Matius yang menyatakan,"Berikanlah kepada
Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar dan berikanlah kepada Tuhan apa yang
menjadi milik Tuhan." (Matius, 22:21).
Selanjutnya
pada era Pencerahan (Enlightenment) abad XVII-XVIII, seruan untuk memisahkan
agama dari kehidupan semakin mengkristal dengan tokohnya Montesquieu (w. 1755),
Voltaire (w. 1778), dan Rousseau (1778). Puncak penentangan terhadap Gereja ini
adalah Revolusi Perancis tahun 1789 yang secara total akhirnya memisahkan
Gereja dari masyarakat, negara, dan politik. (Qashash, 1995:30-31). Sejak
itulah lahir sekularisme-liberalisme yang menjadi dasar bagi seluruh konsep
ideologi dan peradaban Barat.
No comments:
Post a Comment