Silahkan bagi yang ingin memasang iklan hubungi emaile pemilik di rohmanudedi@yahoo.com

Kumpulan Makalah Sejarah

Monday 21 October 2013

Sejarah Pendidikan di Indonesia


A.                Pendidikan Masa Portugis
            Portugis pertama kali singgah di Malaka tahun 1509 M setelah sebelumnya menaklukkan kerajaan Goa di India. Ini berarti Portugis hadir di Indonesia hampir satu dekade setelah Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa. Tahun 1511 Masehi Malaka sudah dapat dikuasai oleh Portugis di bawah Afonso de Albuquerqe (1459-1515 M). Dua tahun kemudian, Pati Unus putra Raden Patah memimpin armada menyerang kekuasaan Portugis di Malaka, tetapi berakhir dengan kegagalan. Berikutnya Portugis bergerak untuk menguasai daerah rempah-rempah yang berpusat di Maluku (berasal dari istilah bahasa Arab: Jazirat al-Mulk, yakni kepulauan raja-raja). Ketika Portugis menjejakkan kakinya di Maluku, seperti diutarakan oleh Russell Jones, Islam telah mengakar di kalangan penduduk setempat sekitar 80 tahun. Di daerah ini khususnya Ambon, melalui peran ordo Jesuit hingga tahun 1560 M, tercatat ada sekitar 10.000 orang yang memeluk Roma Katholik dan bertambah menjadi 50.000 hingga 60.000 pada tahun 1590 M. Sementara ordo Dominikan mampu mengkonversikan kedalam agama Roma Katholik sekitar 25.000 orang di kepulauan Solor. Dari catatan Ismatu Ropi, Katholik Roma ini merupakan fase kedua masuknya Kristen ke Indonesia melalui jasa ordo Jesuit di bawah payung organisasi Society of Jesus dan ordo Dominikan yang turut hadir bersama armada Portugis. Fase pertama adalah masuknya Gereja Timur Nestorian yang ditengarai sempat muncul di Sibolga Sumatera Utara sekitar abad ke-16 juga. Sedangkan fase ketiga adalah Kristen Protestan yang muncul bersamaan dengan armada pelayaran Belanda.[1]
            Praksis pendidikan pada masa Portugis ini secara mendasar dikerjakan oleh organisasi misi Katholik Roma. Baru pada tahun 1536, di bawah Antonio Galvano, penguasa Portugis di Maluku, didirikan sekolah seminari yang menerima anak-anak pemuka pribumi. Selain pelajaran agama, mereka juga diajari membaca, menulis dan berhitung. Sekolah sejenis dibuka di Solor dimana bahasa Latin juga diajarkan kepada murid-muridnya. Mereka yang berkeinginan melanjutkan pendidikan dapat pergi ke Goa – India yang ketika itu merupakan pusat kekuatan Portugis di Asia. Perkembangan pendidikan di zaman Portugis ini dapat dinyatakan berpusat di Maluku dan sekitarnya, sebab di daerah-daerah lain kekuasaan Portugis kurang begitu mengakar.


B.       Pendidikan Masa VOC

Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2 (dua) periode besar,yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan masa pemerintahHindia Belanda (Nederlands Indie). pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi(perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas darimaksud dan kepentingan komersial.

a)    Misi Utama VOC[2]

Orang belanda datang ke indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang. Mereka di motifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal layar kecil untuk mengambil rempah-rempah dari indonesia.
Namun pedagang itu merasa perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan dari pada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu kemudian mereka perkuat dan persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya.Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan teritorial.
Setelah peperangan kolonial yang banyak akhirnya indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan belanda. Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada permulaan abad ke 20. Metode kolonialisasi belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja yang berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi menuntut monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam.
Adat istiadat dan kebudayaan asli dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi tradisional digunakan oleh belanda untuk memerintah negri ini dengan cara efisien dan murah. Oleh sebab belanda tidak mencampuri kehidupan orang Indonesia secara langsung, maka sangat sedikit yangmereka perbuat untuk pendidikan bangsa. Kecuali usaha menyebarkan agama mereka dibeberapa pulau di bagian timur Indonesia. Kegian pendidikan pertama yang dilakukan VOC.
Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan kondisi di negeri Belanda sendiri dimana lembaga pendidikan dikelola secara bebas oleh organisasi-organisasi keagamaan, maka selama abad ke-17 hingga 18 M, bidang pendidikan di Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan tetap dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi mereka adalah berstatus sebagai pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan dan gaji.
Dari sini dapat dipahami, bahwa pendidikan yang ada ketika itu bercorak keagamaan (Kristen Protestan). Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
a)      Pendidikan Dasar
b)      Sekolah Latin
c)      Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
d)     Academie der Marine (Akademi Pelayanan)
e)      Sekolah Cina
f)       Pendidikan Islam
            Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
            Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.
Adapun ciri-ciri pendidikan masa VOC adalah:
a)      Sekolah-sekolah didirikan untuk melenyapkan agama katolik dan menyebarkan agama protestan.
b)      Pendidikan di batavia digalakkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten bagi VOC.
c)      Semua sekolah pada satu wilayah berada di bawah pengawasan gereja.
d)     Kurikulumnya mengacu pada gereja.
e)      Pembelajarannya dilaksanakan secara individu dan belum menerapkan pembelajaran klasikal.
Kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut peraturan sekolah 1643, tugas guru ialah: memupuk rasa takut terhadap tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama Kristen, mengajar anak berdo’a, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru
b) Pendidikan Agama
Pada permulaan abad ke 16 hampir se abad sebelum kedatangan belanda, pedagang portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu di hasilkan. Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang memasukkan penduduk kedalamagama katolik yang paling berhasil tiantara mereka adalah Ordo Jesuit di bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama.
Seminar dibuka di ternate, kemudian di solor dan pendidikan agama yang lebih tinggi dapat diperoleh di Goa, India, pusat kekuasaan portugis saat itu. Bahasa portugis hamper sama populernya dengan bahasa melayu,kedudukan yang tak kunjung di capai oleh bahasa Belanda dalam waktu 350 tahun penjajahan kekuasaan portugis melemah akibat peperangan dengan raja-raja Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh belanda pada tahun 1605.
Pada awalnya VOC banyak mendirikan sekolah di daerah Timur nusantara yang strukturpolitiknya dianggap masih lemah, seperti Ambon dan Banda (Supriadi, 2003). Tetapi, sebenarnyatujuan pendirian sekolah di daerah-daerah tersebut tidaklah sesederhana itu, melainkan untukmenghalau pengaruh Portugis yang juga melakukan Katholikisasi.Pada akhirnya sekolah-sekolah yang mengajarkan agama Katholik dan bahasa Portugis digantikan dengan sekolah-sekolah yang mengajarkan agama Kristen dan bahasa Belanda, sepenuhnya denganpembiayaan dari VOC tanpa campur tangan kerajaan Belanda.

C. Pendidikan Masa Hindia-Belanda

            Setelah VOC mengalami kebangkrutan maka Indonesia langsung berada di bawah kekuasaan kerajaan Belanda. Saat itu di Eropa muncul aliran baru, yaitu Aufklarung. Menurut aliran itu pendidikan harus dipisahkan dari gereja. Belanda menerapkan aliran itu ke Indonesia. Pendidikan tidak lagi memihak suatu agama, persekolahan diarahkan untuk membentuk suatu golongan elite social yang digunakan sebagai alat supermasi politik dan ekonomi belanda. Tujuan pendidikan masa Hindia Belanda adalah memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan buruh bagi Belanda. Belanda membatasi pendidikan hanya untuk kalangan bangsawan pribumi. Baru setelah dicetuskannya politik etis, Belanda mulai mendirikan sekolah-sekolah barat untuk kalangan pribumi. Pendidikan yang disediakan oleh belanda hanya sekedar belajar membaca, menulis dan berhitung. Setelah lulus dari sekolah mereka hanya bekerja sebagai pegawai kelas rendah bagi kantor-kantor belanda.
            Menurut Brugman, politik pendidikan merupakan inti dari politik colonial itu sendiri. Maksudnya adalah politik pendidikan itu dijalankan adalah untuk memperkuat kolonisasi belanda di daerah jajahannya. Politik pendidikan tidak terlepas dari kepentingan ekonomi, maupun kekuasaan. Pada masa VOC, politik pendidikan dijalankan untuk menyebarkan agama protestan dan melenyapkan agama katolik yang merupakan pengaruh dari bangsa portugis setelah belanda berhasil mengusir bangsa portugis di Indonesia bagian timur. Setelah VOC dibubarkan, pemerintah belanda menjalankan politik pendidikan demi pemenuhan sumber daya manusia yang terampil untuk menjadi pegawai untuk mengelola perkebunan pemerintah pada era tanam paksa.
            Adapun ciri-ciri pendidikan belanda, antara lain:
a)    Gradualisme yang luar biasa dalam penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Gradualisme diartikan sebagai siasat untuk mengadakan perubahan dalam penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit sehingga perkembangannya terjadi dalam waktu yang relative lama.
b)   Dualisme dalam pendidikan dengan menekankan perbedaan yang tajam antara pendidikan belanda dengan pendidikan pribumi. Artinya dalam system pendidikan yang diberikan terdapat diffrensiasi, baik dari segi rasial, sosial, maupun linguistic. Terdapat juga perbedaan yang sangat mencolok antara anak-anak belanda dengan anak-anak pribumi. Anak belanda dimasukkan kesekolah kelas satu dan diberi akses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sedangkan anak pribumi dimasukkan ke sekolah rendahan dan jenjangnya hanya sampai di situ saja.
c)    Kontrol sentral yang kuat. Terjadi prosedur hierarkis yang sangat kuat. Segala kegiatan pendidikan yang diketahui inspektur atau panitia khusus akan dimintai keterangan oleh departemen yang membidangi pendidikan untuk kemudian dilaporkan kepada gubernur jenderal, yang kemudian memberikan laporan kepada dewan hindia belanda (Rad Van indie)untuk menerima advis dan kemudian menyerahkan masalah itu kepada menteri jajahan yang nantinya dipakai untuk membuat kebijakan. Menteri jajahan sendiri memangku jabatan sebagai wakil dari raja belanda dimana gubernur jenderal bertanggung jawab langsung kepadanya.
d)   Keterbatasan tujuan sekolah pribumi, dan peranan sekolah untuk menghasilkan pegawai sebagai factor penting dalam perkembangan pendidikan. Sekolah yang didirikan untuk anak Indonesia sebenarnya bertujuan untuk mendidik mereka menjadi pegawai di perkebunan pemerintah yang senantiasa berkembang selama masa tanam paksa.
e)    Prinsip konkordansi yang menyebabkan sekolah di Indonesia sama dengan di negeri belanda. Prinsip korkodansi bertujuan untuk menjaga agar sekolah-sekolah yang ada di hindia belanda memiliki standar yang sama dengan sekolah di negeri belanda sehingga mempermudah perpindahan murid-murid di hindia belanda ke sekolah di negeri belanda.
f)    Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan anak pribumi. Sekolah-sekolah untuk anak pribumi yang tersebar di daerah-daerah masing-masing berdiri sendiri-sendiri tanpa ada hubungan organisasi antara yang satu dengan yang lain dan tanpa jalan untuk melanjutkannya. Berbanding terbalik dengan sekolah yang disediakan untuk anak-anak belanda yang mempunyai organisasi yang lengkap sama dengan sekolah di negeri belanda.

Sistem Persekolahan Hindia-Belanda
            Secara umum sistem pendidikan khususnya sistem persekolahan didasarkan kepada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan menurut golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu.
            Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs). Pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah dasar mempergunakan sistem pokok yaitu: Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
1)      Sekolah rendah Eropa, yaitu ELS (Europese Lagere school), yaitu sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa atau anak-anak turunan Timur asing atau Bumi putradari tokoh-tokoh terkemuka. Lamanya sekolah tujuh tahun 1818.
2)      Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school), suatu sekolah rendahuntuk anak-anak keturunan tmur asing, khususnya keturunan Cina. Pertama didirikanpada tahun 1908 lama sekolah tujuh tahun.
3)      Sekolah Bumi putra Belanda HIS (Hollands inlandse school), yaitu sekolah rendah untuk golongan penduduk Indonesia asli. Pada umumnya disediakan untuk anak-anak golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri. Lamanya sekolah tujuh tahun dan pertama didirikan pada tahun 1914.
Sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah:
1)      Sekolah Bumi Putra kelas II (Tweede klasee). Sekolah ini disediakan untuk golonagan bumi putra. Lamaya sekolah tujuh tahun, pertama didirikan tahun 1892.
2)      Sekolah Desa (Volksschool). Disediakan bagi anak-anak golongan bumi putra. Lamanya sekolah tiga tahun yang pertama kali didirikan pada tahun 1907.
3)      Sekolah Lanjutan (Vorvolgschool). Lamanya dua tahun merupakn kelanjutan dari sekolah desa, juga diperuntukan bagi anak-anak golongan bumi putra. Pertama kali didirikan pada tahun 1914.
4)      Sekolah Peralihan (Schakelschool). Merupakan sekolah peralihan dari sekolah desa (tiga tahun) kesekolah dasar denganbahasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya lima tahun dan diperuntukan bagianak-anak golongan bumi putra.
            Disamping sekolah dasar tersebut diatas masih terdapat sekolah khusus untuk orang Ambon seperti Ambonsche Burgerschool yang pada tahun1922 dijadikan HIS. Untuk anak dari golongan bangsawan disediakan sekolah dasar khusus yang disebut sekolah Raja (Hoofdensschool). Sekolah Raja merupakan sekolah yang dipandang tinggi oleh rakyat Sumatera Barat. Semua murid memakai pakaian yang rapi dengan dasi. Murid Sekolah itu dipandang tinggi kedudukannya oleh masyarakat, apalagi kalau sudah memegang suatu jabatan pada pemerintahan. Murid itu memperlihatkan tingkah laku yang berbeda, mereka menganggap dirinya orang yang mulia di tengah masyarakat. Murid sekolah tersebut membentuk kelompok sendiri dalam masyarakat. Mereka memisahkan diri dari pergaulan masyarakat yang mereka anggap orang rendah yang tidak setaraf dengan mereka. Sekolah ini mula-mula didirikan di Tondano pada tahun 1865 dan 1872, tetapi kemudian diintegrasi ke ELS atau HIS.
Pendidikan lanjutan = Pendidikan Menengah:
1)      MULO (Meer Uit gebreid lager school), sekolah tersebut adalah kelanjutan dari sekolah dasar yang berbasa pengantar bahasa Belanda. Lama belajarnya tiga sampai empat tahun. Yang pertama didirikan pada tahun 1914 dan diperuntukan bagi golongan bumi putra dan timur asing. Sejak zaman jepang hingga sampai sekarang bernama SMP. Sebenarnya sejak tahun 1903 telah didirikan kursus MULO untuk anak-anak Belanda, lamanya dua tahun.
2)      AMS (Algemene Middelbare School) adalah sekolah menengah umum kelanjutan dari MULO berbahasa belanda dan diperuntukan golongan bumi putra dan Timur asing. Lama belajarnya tiga tahun dan yang petama didirikan tahun 1915. AMS ini terdiri dari dua jurusan (afdeling= bagian), Bagian A (pengetahuan kebudayaan) dan Bagian B (pengetahuan alam ) pada zaman jepang disebut sekolah menengah tinggi, dan sejak kemerdekaan disebut SMA.
3)      HBS (Hoobere Burger School) atau sekolah warga Negara tinggi adalah sekolah menengeh kelanjutan dari ELS yang disediakan untuk golongan Eropa, bangsawan golongan bumi putra atau tokoh-tokoh terkemuka. Bahasa pengantarnya adalah bahasa belanda dan berorentasi ke Eropa Barat, khususnyairikan pada belanda. Lama sekolahnya tiga tahun dan lima tahun. Didirikan pada tahun 1860
4)      Pendidikan Kejuruan (vokonderwijs )Sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah belanda banyak mencurahkan perhatianpada pendidikan kejuruan.


D. Tabel Perbedaan Pendidikan Portugis, VOC, dan Hindia Belanda di Indonesia!

Negara
Tujuan
Ciri-Ciri
Bentuk Sekolah
Portugis
·  Memudahkan mencari Rempah-rempah
·  Untuk menyebarkan agama Kristen katolik.
·      Dikerjakan oleh organisasi misi Katholik Roma
·      Selain Pelajaran agama, juga diajarkan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.

·  Sekolah Seminari yang menerima anak-anak pemuka pribumi
VOC
·  Pendidikan berkaitan untuk memudahkan dalam kepentingan Komersial
·  Untuk menyaingi portugis di nusantara terutama Maluku
·  Untuk penyebaran agama kristen protestan dan melenyapkan agama Kristen katolik
·    Bercorak keagamaan.
·    Pendidikan di batavia digalakkan untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten bagi VOC.
·    Semua sekolah pada satu wilayah berada di bawah pengawasan gereja.
·    Kurikulumnya mengacu pada gereja.
·    Pembelajarannya dilaksanakan secara individu dan belum menerapkan pembelajaran klasikal
· Pendidikan Dasar
· Sekolah Latin
· Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
· Academie der Marine (Akademi Pelayanan)
· Sekolah Cina
· Pendidikan Islam

Hindia-Belanda
·      Untulk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan buruh bagi Belanda
·      Untuk memperkuat kolonisasi belanda di daerah jajahannya.
·      demi pemenuhan sumber daya manusia yang terampil untuk menjadi pegawai untuk mengelola perkebunan pemerintah pada era tanam paksa
·   Gradualisme
·   Dualisme dalam pendidikan yang membedakan antara anak-anak belanda dan pribumi
·   Kontrol sentral yang kuat
·   Pendidikan di pisahkan dari Gereja
Pendidikan rendah:
·  Sekolah rendah Eropa, yaitu ELS (Europese Lagere school)
·  Sekolah Cina Belanda, yaitu HCS (Hollands Chinese school)
·  Sekolah Bumi putra Belanda HIS (Hollands inlandse school)

Pendidikan Lanjutan:
·  MULO (Meer Uit gebreid lager school)
·  AMS (Algemene Middelbare School)
·  HBS (Hoobere Burger School)


E. Daftar Pustaka

1)      Sumarsono  Mestoko, dkk. “Pendidikan  di   Indonesia  dari  Zaman  ke  Zaman”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan  Kebudayaa. Jakarta: Rajawali Pres.
2)      Afifuddin dan Sutikno, Sobry. 2008. “Pengelolaan Pendidikan. Bandung”. Prospect Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


[1] http://pensa-sb.info/pendidikan-masa-kolonial-portugis/
[2]   http://copypastemakalah.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pendidikan-pada-zaman-voc.html

No comments:

Post a Comment